Page 330 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 330
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
penjuru datang. Mereka menunjuk-nunjuk bendera di atas sambil
berterlak agar lambang penjajah Belanda itu segera diturunkan.
Orang Belanda yang berada di sekitar hotel memperlihatkan
sikap congkaknya. Berkacak pinggang, dan memandangi massa pemuda
dengan penuh penghinaan. Rakyat yang datang berkerumun dengan
membawa senjata takeyari, golok, kelewang dan sebagainya,
dipandangnya dengan mengejek.
Dengan jalan gethok tular, tundha rambat (dari mulut ke mulut)
dalam waktu sekejap Jalan Tunjungan di sekitar hotel telah penuh
dikerumuni pemuda. Makin siang makin ramai. S. Kasmar, Sumarsono
dan Ruslan dengan naik sepeda berteriak-teriak sepanjang jalan minta
agar rakyat beramai-ramai menurunkan bendera Belanda di atas Hotel
Oranje. Mereka bertiga mengelilingi Embong Malang, Blauran, Praban
dan kembali ke selatan. Melihat massa yang makin banyak di muka
hotel, pemuda Belanda yang tadi mengganggu orang lewat jadi takut
dan masuk ke ruangan dalam hotel. Orang tambah ramai
berteriak-teriak minta agar bendera Belanda segera diturunkan. Tetapi
tidak ada yang melakukan tuntutan pemuda itu. Mereka lalu
membicarakan bagaimana cara yang harus ditempuh.
Sutomo, wartawan Kantor Berita Antara yang kantornya di Jl.
Tunjungan nomor 100 berhadapan dengan Hotel Oranje, juga datang
ke situ bersama Abdul.Wahab, Ketua BKR Karesidenan Surabaya.
Mereka menyuruh beberapa orang untuk menanyakan duduk
perkaranya kepada KNIP dan Residen. Diperoleh jawaban bahwa KNI
dan Kantor Karesidenan tidak tahu menahu, tetapi akhirnya datang pula
Residen Sudirman di Hotel Oranye dengan mengendarai mobil hitam.
Residen Sudirman dengan tegas minta kepada orang yang mengaku
sebagai ―Perwakilan Sekutu‖ supaya segera menurunkan bendera itu.
Sudirman menyatakan bahwa ia pejabat Pernerintah Republik Indonesia.
la melarang pengibaran bendera asing berkibar di Surabaya.
Permintaan tersebut tidak digubris oleh orang-orang yang
berada di situ. Bahkan seorang pemuda Belanda mengancam dengan
moncong revolvernya ke arah Sudirman. Melihat gelagat mau main
kekerasan demikian, seorang pemuda Indonesia yang berada di dekat
peristiwa itu, Sidik namanya, bergerak cepat menendang revolver yang
dipegang oleh pemuda Belanda itu dengan tendangan silat, mulailah
perkelahian massal.Dalam keadaan hiruk-pikuk itu Sudirman kembali ke
kantornya.
318