Page 433 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 433
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Sebagai tindak lanjut dari hasil kesepakatan tersebut, pada
tanggal 12 November 1945 Pengeran Arianingrat secara resmi
ditetapkan sebagai Kepala Distrik Pangkalan Bun dan merangkap
sebagai Sultan dalam Pemerintahan Republik Indonesia di daerah Kota
Waringin, berkedudukan di Pangkatan Buun berdasarkan Surat
Ketetapan tanggal 11 November 1945 no. 1/ KPRI . Untuk Kepala Distrik
Pangkalan Bun di tunjuk seorang yang bernama Mas Oemarhan.
Apa yang terjadi di Pangkalan Bun juga terjadi di daerah Sampit
dan Semuda, di mana para pejuang Sampit merespon berita proklamasi
dengan mengibarkan bendera Merah Putih. Selain itu, para pejuang
juga segera membentuk BPRI (Badan Perjuangan Republik Indonesia)
pada akhir November 1945 yang dipimpin Abdul Hamid dan Hasyim
Djapar. Walaupun BPRI melakukan perlawanan terhadap pemerintah
Sekutu, karena keterbatasan persenjataan dan personil, mereka akhirnya
kalah dan kemudian menyingkir ke daerah pedalaman. Pada bulan
Januari tahun 1946 Sampit dan Semuda dapat diduduki oleh Belanda
sepenuhnya.
Di Puruk Cahu, pengibaran bendera Merah Putih dipimpin A.M.
Sangaji, Mahir Mahar dan Adonis Samad pada 9 Oktober 1945. Ini
dilakukan sebagai perwujudan dari kegembiraan menerima berita
proklamasi. Para pejuang juga mengeluarkan pernyataan bahwa Barito
49
Hulu mendukung Negara Republik Indonesia. Pernyataan Tanah Dayak
dan rakyat Dayak bergabung dengan Negara Republik Indonesia (NRI)
50
ini disaksikan Tjilik Riwut dan Abdoel Moetalib Sangaji.
Kegembiraan juga terlihat pada masyarakat Kuala Kapuas,
Kabupaten Kapuas. Dengan dipelopori oleh BPRI yang ada di Anjir
Serapat, markas BPRI pimpinan H. Dahlan, telah dikibarkan bendera
Merah Putih pada tanggal 12 Desember 1945. Disamping itu berdiri
cabang Sarekat kerakyatan Indonesia yang diketuai W.A. Samat Helmut
Kunun danZailani Noor.
51
Sementara itu untuk menindaklanjuti perintah dari pemerintah RI
untuk membentuk Badan perjuangan di daerah, maka J.M Nahan,
tokoh Dayak Banjarmasin mengajak para pejuang untuk mendirikan
sebuah organisasi. Pada pertemuan yang dihadiri oleh pemuda, tokoh
politik dan masyarakat disepakati pembentukan badan perjuangan
yang diberi nama GP3 (Gerakan Pelopor Penegak Kemerdekaan). GP3
bertujuan menyatukan kekuatan seluruh elemen masyarakat dan
421