Page 484 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 484

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                pendidikan  opsir  antara  lain:  KS.  Gani,  Puddu  Mas’ud,  H.  Moh.  Idrus
                G.P, Daeng Mangatta dan lain-lain. Bersama pelarian dan perantau yang
                kemudian  datang  di  Jawa  dari  Sulawesi  Selatan,  Mereka  menjadi
                pasukan Kahar Muzakar.

                        Kegigihan  Kahar  Muzakkar  memperjuangkan  para  tahanan
                menjadi kader-kader pejuang republik tidak berhenti dalam periode ini.
                Pada  1951  kembali  Kahar  Muzakkar  menyatakan  bahwa  seluruh
                pemuda  pejuang/gerilyawan  harus  diangkat  menjadi  prajurit  TNI.
                Namun,  pada  Maret  1951,  berdasarkan  kesepakatan  sementara,  para
                gerilyawan dilebur menjadi Corps Tjadangan Nasional (CTN) yang terdiri
                atas  5  batalyon.  Sambil  menunggu  hasil  seleksi,  mereka  kembali  ke
                tengah  masyarakat.  Kondisi  inilah  yang  ditentang  Kahar  Muzakkar,
                sehingga  sejak  17  Agustus  1951  ketika  diadakan  upacara
                penggabungan  pasukan,  Kahar  Muzakkar  sudah  tidak  hadir,  dan
                selanjutnya  mereka  kembali  ke  hutan.  Sejak  tahun  1952  Kahar
                Muzakkar  menerima  tawaran  Pimpinan  Darul  Islam  (DI)  Kartosuwirjo
                untuk bergabung melawan pemerintah Jakarta dan menerima Jabatan
                Komandan Divisi IV Hasanuddin Tentara Islam Indonesia (TII).
                                                                          20
                        Aksi  tersebut,  kelak  dikenal  sebagai  Pemberontakan  DI/TII  Kahar
                Muzakkar  di  Sulawesi  Selatan  dan  Tenggara  yang  berlangsung  sampai
                tahun  tahun 1962, saat mana Kahar Muzakar tertembak mati pada awal
                Februari  1962  di  tepi  Sungai  Lasolo  oleh  Koptu  Sadeli  dari  anggota
                                                                            21
                Komando Operasi Kilat yang dipimpin oleh Kolonel Solichin G.P.
                        Pada bulan Januari 1946 tibalah di Yogyakarta dua orang tokoh
                pemuda  Sulawesi  Selatan,  yaitu  Andi  Mattalatta    dan  Saleh  Lahade.
                Kedua  tokoh  ini  bertemu  dengan  Presiden  Republik  Indonesia  untuk
                melaporkan  keadaan  di  Sulawesi  dan  melaporkan  usulan  Gubernur
                Ratulangie,  mereka  diutus  untuk:  (1)  meminta  bantuan  pasukan  dan
                persenjataan   kepada    Pemerintah    Pusat   di   Yogyakarta,   (2)
                menyampaikan resolusi raja-raja yang menolak kerjasama dengan NICA.

                        Pada  tanggal  25  Januari  1946,  presiden  mengeluarkan  dekrit
                menggantikan  nama  TKR  menjadi  Tentara  Republik  Indonesia,  yang
                kemudian  disusul  dengan  perombakan  besar-besaran  organisasi
                ketentaraan. Pada 21  Juni  1946 menghadaplah ke  MBT  Yogyakarta 4
                orang  tokoh-tokoh  pejuang  Sulawesi  Selatan,  yakni  Kahar  Muzakar,
                Andi Mattalatta, Mas’ud, dan Muhamadong dengan diantar oleh Kol.
                Martono  Subroto.  Keempat  tokoh  ini  mengusulkan  TRIPS  (Tentara



                472
   479   480   481   482   483   484   485   486   487   488   489