Page 480 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 480

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                berlayar ke Singapura dan bertemua dengan Sumitro Djojohadikusumo.
                Mereka  sepakat  memuat  senjata  dari  Singapura  ke  Jawa.  Dalam
                perjalanan pulang dari Singapura, pada bulan September 1945, mereka
                singgah di  Tanjung Pinang, dan kemudian mendapat tugas tambahan
                menyelamatkan  Soepardjo  Rustam    dari  Rumah  Tahanan  di  Tanjung
                Pinang. Dari situ mereka berlayar menuju ke Cirebon dan selanjutnya ke
                Ambarawa  ,Jawa  Tengah.  La  Ola  juga  terlibat  dalam  perjuangan
                                                                            13
                melawan Sekutu/NICA pada bulan November 1945 di Surabaya.
                        Berita  proklamasi  kemerdekaan  di  Daerah  Sulawesi  Tengah
                mula-mula terdengar dan diketahui oleh tokoh-tokoh pejuang di Poso
                dari pemberitaan orang Jepang sendiri. Pada tanggal 15 Agustus 1945,
                di  atas  Daerah  Poso  pesawat-pesawat  Sekutu  menyebarkan  pamflet
                berwarna  kuning  berisikan  pemberitahuan  bahwa  Jepang  telah
                menyerah  tanpa  syarat.  Oleh  kepala  Kampung  Malei  (bagian  kerajaan
                Tojo), Abu Maloco, secara rahasia selembar dari pamflet itu dikirimkan
                kepada  Abdul  Latief   Mangitung  di  tempat  persembunyiannya  di  atas
                kampung Malei. Ia telah menjadi buronan polisi Jepang sejak peristiwa
                Gerakan Merah Putih tahun 1942 di Ampana-Tojo.
                        Setelah membaca isi pamflet tersebut, Abdul Latief Mangitung
                berangkat  ke  Poso  pada tanggal  16  Agustus  1945  untuk  mengetahui
                dari dekat situasi yang sebenarnya dan bermalam di rumah Lanokang.
                Pada tanggal 17 Agustus 1945, kira-kira jam 15.00 sore, Abdul Latief
                Mangitung dikunjungi di tempat penginapannya oleh seorang perwira
                Jepang  yang  dikawal  oleh  dua  orang  anggota  Heiho  asal  Sulawesi
                Selatan  bernama  Saleh  Topetau  dan  Djafar.    Perwira  Jepang  itu
                mengatakan bahwa bangsa Indonesia sudah merdeka. Mula-mula berita
                ini  dianggap  hanya  pancingan  Jepang  terhadapnya,  sehingga  ia  tidak
                berani  menanggapinya.   Baru  setelah  dua  orang Heiho  membenarkan
                berita  itu  dengan  menyatakan  bahwa  mereka    berdua  langsung
                mendengar  berita  proklamasi  dari  radio  milik  Jepang  saat  sedang
                bertugas, barulah berita itu diyakini kebenarannya.
                        Sementara  itu  dari  keterangan  I  Latanco  Talamoa  diperoleh
                penjelasan  bahwa berita proklamasi  diketahuinya dari  seorang  tentara
                Jepang  kenalan  baiknya  bernama  Nakamura  dari  Angkatan  Darat.
                Setelah mendengar dari radio tentang proklamasi tanggal 17 Agustus
                1945,  Nakamura  dengan  segera  ke  rumah  I  Latanco  Talamoa  dan
                berkata;  ―Jepang  sudah  kalah,  tapi  Indonesia  sudah  merdeka




                468
   475   476   477   478   479   480   481   482   483   484   485