Page 476 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 476
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
pada awal Septembar 1945 yang terdiri dari Lanto Daeng Pasewang,
Manai Sophian, A.N. Hajarati, A. Majid, dan Achmad Massiara. Andi
Mannapiang, sebagai Raja Bantaeng yang ditemui tokoh politik itu,
segera menyatakan bahwa Bantaeng sebagai wilayah RI. Melihat gejala
para pemuda akan bertindak, maka pasukan Jepang meninggalkan
Bantaeng. Mereka melarikan diri ke gunung-gunung dan semua
persenjataan milik Jepang dibawa serta sebelum dirampas oleh pemuda.
Di daerah kediaman Andi Sultan Daeng di Bulukumba, gerakan
kemerdekaan cukup menonjol. Andi Sultan, yang juga menjadi Raja
Gattarang, suatu kerajaan kecil di Bulukumba, sejak masa pemerintahan
Jepang sudah sering kali menyelipkan ide kemerdekaan dalam setiap
pidatonya. Ia membuka pintu bagi berkembangnya pertahanan
kemerdekaan seperti Muhammadiyah, PNI, dan organisasi SUDARA
yang dibentuknya. Melalui organisasi itu, dukungan terhadap
kemerdekaan dibina. Ketika berita kemerdekaan dibawa oleh Andi
Sultan dari Jakarta, 19 Agustus 1945, tokoh pergerakan dan organisasi
pemuda menyambut dengan amat gembira.
Para pemuda di Daerah Sinjai pada awal kemerdekaan tampil
dan konsekuen atas pernyataan dukungan mereka terhadap proklamasi
pemerintahan RI. Kepala pemerintahan RI yang pertama ialah Andi
Mappotaba, dibantu oleh Andi Indar dan Andi Jayalangkara. Dengan
demikian, kevakuman kekuasaan setelah pemerintah militer Jepang
menyerah kepada Sekutu diisi oleh pemerintah RI yang berlangsung
sampai munculnya NICA pada pertengahan bulan Oktober 1945.
Di Selayar, pulau kecil di sebelah selatan yang agak dekat
dengan Bulukumba, dukungan rakyat dibuktikan pada tanggal 10
Oktober 1945, ketika mereka menurunkan bendera Belanda dan
menaikkan bendera merah putih. Pelopor kemerdekaan yang disegani
rakyat Selayar ialah Aruppala. Wadah organisasi yang mempersatukan
pendukung kemerdekaan, PKR (Perkumpulan Kedaulatan Rakyat)
dibentuk dengan diketuai oleh Aruppala. Maka sejak hari itu bendera
merah putih berkibar di ibu kota Selayar.
10
Kota kecil yang terdekat di sebelah utara Makassar ialah Maros,
pusatnya di Desa Turikale di bawah kepeloporan Karaeng Turikale dan
Abd. Hamid Daeng Manassa. Ia juga menjabat sebagai pimpinan
organisasi SUDARA di Maros pada akhir kekuasaan Jepang. Berita
kemerdekaan yang diketahui umum pada akhir Agustus 1945, dengan
cepat tiba dan meluas di Maros. Di Kassi Kebo, masih dalam Kota
Maros, Abd. Hamid Sahaban Daeng Pabeta memimpin rapat untuk
menyatukan gerakan dalam mendukung dan mempertahankan
kemerdekaan. Pertemuan itu dihadiri tidak kurang dari 120 orang
464