Page 473 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 473
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Sebelum Gubernur Sulawesi menyampaikan secara resmi berita
proklamasi, maka beberapa pemuka masyarakat yang dekat dengan
prajurit Jepang telah mengetahui kabar penting itu. Ada yang
mendengar langsung dari radio miliknya, ada pula lewat pemberitahuan
tidak resmi dari orang Jepang. Hal ini hampir terjadi disemua kota-kota
kecil di Sulawei Selatan, seperti Pare-pare, Soppeng, dan Palopo. Selain
itu, perlahan-lahan muncul semacam pusat-pusat kegiatan pemuda
pendukung kemerdekaan, yang tersebar di berbagai daerah: Kota
Makassar, Kota Pare-pare, Kota Palopo, Kota Watampone, Kota
Watangsoppeng, dan Kota Sengkang.
Dari daerah-daerah tersebut, yang paling menonjol adalah Bone.
Ini terkait dengan figur Andi Mappayukki, selaku Raja Bone yang sejak
awal tergabung dalam perjuangan mempersiapkan kemerdekaan dan
Andi Pangeran Daeng Parani selaku putra Raja Bone (tokoh PPKI yang
hadir dalam proklamasi kemerdekaan di Jakarta). Kedudukan Bone pada
awal proklamasi dapat disamakan dengan Bulukumba, yang memiliki
Andi Sultan Daeng Raja berada, tokoh yang hadir dalam proklamasi
6
kemerdekaan di Jakarta.
Kesibukan para pemuda di Kota Makassar dalam mendukung
Proklamasi kemerdekaan menarik perhatian rakyat Gowa. Di Jongaya,
pinggiran daerah Gowa yang berbatasan dengan Kota Makassar,
sejumlah pimpinan pemuda mengadakan pertemuan. Pada akhir
Agustus 1945, mereka mengibarkan bendera Merah Putih di bawah
pimpinan Abd. Rasyid Daeng Lurang. Sementara itu, pemuda Gowa di
Katangka pada pertengahan September 1945 berusaha mencari senjata.
Atas petunjuk Badollahi, beberapa pucuk karaben Jepang ditemukan,
juga beberapa pucuk pistol genggam. Hanya saja, peluru senjata api itu
amat kurang, sehingga manfaatnya tidak seperti yang diharapkan. Di
Pannara, atas usaha Supu dan kawan-kawan, ditemukan senjata
karaben Jepang. Dengan demikian, pemuda pendukung kemerdekaan
di Gowa telah memiliki sekitar 10 pucuk senjata Karabeng Jepang dan
beberapa pistol. Pusat kegiatan pemuda ialah Katangka dan Tidung.
Masih di sekitar Gowa, di Limbung Pemuda Muhammadiyah kembali
aktif, dengan Pandu Hisbul Wathan sebagai intinya. Hal yang sama
nampak pula pada penduduk Kampung Pallangga, dan Barombong.
Juga atas pengaruh Kota Makassar, proses yang sama juga
berlangsung di Takalar dengan pusatunya di Polombangkeng pada akhir
461