Page 67 - Cerpen Surabaya Bukan Kenangan
P. 67

mendengarnya. Suara tangisan Dinda dan Ibu Elsa pecah
           kembali.

                  Dengan berurai air mata Dinda memeluk erat ibu Elsa
           sambill mengucapkan, “Dinda juga anak ibu, jadi ibu tidak

           usah khawatir. Dinda akan selalu mampir ke sini kalau ada

           waktu.”
                  Setelah  menemui  ibu  Elsa,  ia  berjalan  perlahan

           menuju sebuah meja yang di atasnya sudah tertidur dengan
           lelap  sahabat  yang  sangat  ia  sayangi.  Tak  ada  tenaga

           rasanya  untuk  melangkah  mendekatinya.  Rasa  tidak
           percaya  dan  kenyataan  berkecamuk  dalam  hatinya.

           Berharap  ini  semua  hanyalah  sebuah  mimpi,  dan  ada

           seseorang yang membangunkannya.
                  Dinda membuka kain jarit cokelat yang menyelimuti

           tubuh  sahabatnya  itu,  ia  mencoba  menahan  semua  rasa

           sedih  yang  ada  dalam  hatinya.  Agar  sahabatnya  tidak
           melihatnya  bersedih.  Ia  melihat  senyum  kecil  dan  mata

           terpejam cantik seperti orang yang sedang tertidur di wajah
           sahabatnya itu.

                  Sambil  mencium  keningnya  ia  berucap  lirih  dan
           berharap Elsa akan mendengarkan, “Aku ikhlas mbro. Allah




                 63
   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72