Page 64 - Cerpen Surabaya Bukan Kenangan
P. 64

Mega yang tadi membereskan peralatan mahar juga
           ikut  kaget,  mendengar  Dinda  berteriak  sambil  menangis.

           Lalu lari menghampiri saudara sepupunya itu.
                  “Kenapa mbak?” tanya Mega.

                  “Berita  tadi    benar  ga,  itu  benar  Elsa.”  Kata  Dinda

           sambil  menghela  nafas,  karena  dadanya  terasa  sesak
           menahan air mata.

                  “Iya mbak, yang sabar.” Ucap Mega sambil menepuk-
           nepuk punggung Dinda.

                  “Antar aku ke rumahnya ya ga, antar aku kesana. Aku
           nggak kuat bawa motor.” Pinta Dinda sambil terisak-isak dan

           bergegas untuk mandi dan mengerjakan sholat.

                  “Iya, aku mandi dulu ya mbak. Nanti aku jemput mbak
           Dinda setelah sholat.” Jawab Mega.

                  Dalam  perjalanan  dari  mandi  sampai  sholat  dan

           sampai  Mega  menjemput  Dinda,  tiada  henti-hentinya  air
           mata itu jatuh dari Mata Dinda. Di dalam perjalanan Mega

           tak  berani  untuk  bertanya  apapun,  karena  takut  akan
           semakin membuat hati Dinda sakit.

                  Perjalanan  sudah  mendekati  rumah  Elsa,  dari
           kejauhan  sudah  tampak  orang  yang  berkerumun  di




                                                                              60
   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69