Page 69 - Buku Diklat Hutan Loa Haur
P. 69

Diklat Loa Haur, maka perlu diusulkan perubahan luasan hutan diklat
             menjadi 502,2 ha. Luasan tersebut sesuai Peraturan Menteri LHK
             No.7/2021 tentang Perencanaan Kehutanan, Perubahan Peruntukan
             Kawasan Hutan dan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan, serta Peng-
             gunaan Kawasan Hutan pasal 438 ayat (4) b, yang mengatur KHDTK
             pada provinsi paling luas 500 (lima ratus) hektar.

                Persoalan lain yang masih berhubungan dengan efektivitas penge-
             lolaan menyangkut soal tata hubungan kerja antara Balai Diklat LHK
             Samarinda sebagai pengelola Hutan Diklat Loa Haur dengan UPTD
             Tahura Bukit Soeharto sebagai pengelola Tahura. Sesuai dengan
             SK penetapan, Hutan Diklat Loa Haur berada pada wilayah Tahura
             yang merupakan kawasan konservasi dan dikelola Dinas Kehutanan
             Propinsi Kalimantan Timur, dalam hal ini UPTD Tahura Bukit Soe-
             harto.


                Peraturan  Menteri  LHK  No.7/2021  pasal  438  ayat  (3)  disebutkan
             bahwa penetapan KHDTK tidak: a) mengubah fungsi pokok kawasan
             hutan, b) tidak mengubah bentang lahan pada hutan konservasi atau
             hutan lindung, c) penutupan hutannya bukan berupa hutan primer; dan
             d) ditetapkan menjadi zona/blok khusus dalam penataan areal KPH.

                Pengelolaan Hutan Diklat Loa Haur telah memenuhi ketentuan
             sebagaimana pada Permen LHK dimaksud. Masalahnya, belum ada
             tata hubungan kerja antara UPTD Tahura Bukit Soeharto dengan Balai
             Diklat LHK Samarinda, salah satu UPT Kementerian LHK, sebagai
             pengelola Hutan Diklat Loa Haur. Keberadaan hutan diklat di dalam
             kawasan Tahura kiranya tak serta merta membuat posisi UPTD Tahura
             lebih tinggi dari Balai Diklat LHK Samarinda dalam pengelolaan Hutan
             Diklat Loa Haur. Kedua entitas masing-masing punya kewenangan
             mengatur kawasannya masing-masing.

                Pengalaman Balai Diklat LHK Samarinda dalam pemberdayaan
             masyarakat yang sejak lama terlanjur mengelola kawasan hutan dengan
             mengusulkan kemitraan konservasi kepada Dirjen KSDAE, tak dapat
             dilanjutkan karena menurut Ditjen KSDAE (dalam hal ini Direktur
             Kawasan Konservasi), yang berwenang melakukan kerja sama dengan
             masyarakat adalah UPTD Tahura Bukit Soeharto.  Ditjen KSDAE tak
             mengakui Balai Diklat LHK Samarinda dan instansi lain (Pusrehut
             Unmul dan Balitek KSDAE Samboja) sebagai instansi pengelola sebagian
             kawasan Tahura Bukit Soeharto.



 58  MENGELOLA HUTAN DIKLAT  DUA DEKADE HUTAN DIKLAT LOA HAUR, KALIMANTAN TIMUR      59
   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74