Page 198 - Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi_Dr. Aninditya Sri Nugraheni, M.Pd
P. 198
Dalam hal ini peran guru menjadi topik bahasan dalam makalah ilmiah ini, yaitu pentingnya
penguatan modal spiritual dengan hypnoteaching approach sebagai upaya pembentukan karakter
siswa MI. Sebagai contoh nyata, berikut penulis akan jabarkan peran guru yang sangat luar biasa
sehingga siswa dapat berubah bahkan dalam teori accelerated learning/ quantum learning yang
dikemukakan oleh Bobby de Potter mampu mengubah energi menjadi cahaya dengan pembelajaran
yang mengoptimalkan belajar siswa dan motivasi berprestasi siswa. Dalam teori accelerated
learning/ quantum learning sarat dengan penanaman sugesti, yang biasa disebut dengan
“suggestology” atau “suggestopedia” . Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti
mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif ataupun
negatif. Di sadari atau tidak, abad ini telah terjadi pergeseran besar di bidang pembelajaran di
seluruh belahan dunia. Guru tidak lagi sekadar transfer of knowledge melainkan telah bergeser
,
pada seni dan motivasi. Sehebat apapun ilmu yang akan di sampaikan guru kepada siswa, akan
tidak berarti apabila tanpa diselipkan kemampuan seni dan motivasi belajar. Kebanyakan siswa
akan merasa bosan, jenuh, dan mengantuk justru ketika guru sedang bersemangat mengajarkan
materi dengan teknik ceramah. Bermula dari keprihatinan ini, para neurosains modern dan psikolog
pendidikan mengadopsi hipnotis dalam pembelajaran.
2
,
Jika guru mampu melakukan hypnoteaching maka sang guru dapat berhasil mengendalikan
pemikiran siswa untuk kemudian masuklah ilmu-ilmu yang akan diajarkan. Tentu, hasilnya akan
sangat menakjubkan. Inilah hakikat hypnoteaching . Kemampuan guru yang seolah-olah
menghipnotis atau membius siswa ketika mengajar, sehingga perhatian siswa terpusat sepenuhnya
pada materi yang diajarkan. Sekadar contoh: seperti halnya seorang dukun yang mengucap mantra
berulang-ulang sehingga apa yang dikatakannya menjadi sebuah keyakinan padahal mungkin kata-
kata yang diucapkan oleh si dukun tidak ada keterkaitan sedikitpun dengan ilmu kesehatan, namun
sekali lagi ini adalah sugesti. Semisal guru mengucapkan kata-kata positif “Kalian adalah siswa-
siswa yang cerdas.” dengan nada rendah, sebenarnya teori ini hampir sama dengan teori yang
dipatenkan oleh Masaru Emoto dalam penelitiannya mengenai keajaiban air melalui kata-kata positif
dalam “The Power of Water” . Jika perlakuan pada air saja dapat merubah bentuk air menjadi kristal
yang bercahaya, bagaimana apabila perlakuan pemberian sugesti dengan kata-kata positif ini
diberlakukan kepada manusia (siswa-siswa MI misalnya)?.
3
Dampak dari penanaman keyakinan dan kepercayaan sudah dialami oleh tiga anak yang berasal
dari pedalaman Papua (bersekolah pun mereka tidak mengenakan sandal/ sepatu) yang bernama
Albertina Boanal, Yohana Helena Oprawiri, dan Demira Yikwa, yang masih duduk di bangku SD.
Albertina pernah empat kali tidak naik kelas, Demira Yikwa pun juga tergolong siswa yang sangat
bodoh (bahkan terbodoh), karena 2+2 saja dia tidak tau jawabannya bahkan menulis saja ia belum
lancar. Padahal ketika itu ia sudah duduk di kelas 4 SD. Kemudian Johanes Surya, yang ketika itu
sedang mencari bakat-bakat berpotensi dari anak-anak di pedalaman Papua (beliau bahkan mencari
siswa yang terbodoh) namun setelah dibina, dilatih, dan ditanamkan rasa tanggung jawab serta
penerapan metode pembelajaran yang tepat khususnya adalah penanaman sugesti positif, mereka
bertiga berhasil menemukan sebuah sistem robot yang bisa mendeteksi dini bencana tsunami.
Dalam perhelatan Indonesian Information and Communication Technology Award (INAICTA) 2011
dipusatkan di Jakarta Convention Center (JCC). Hal ini menunjukkan bahwa guru mempunyai peran
yang sangat penting dalam membentuk karakter siswa. Terbukti dari penerapan pola pendidikan
yang berbeda, hasil yang dicapai oleh siswapun berbeda. Ketiga bocah tersebut tercatat sebagai
murid yang mengikuti program beasiswa pendidikan di Surya Institute yang didirikan Prof. Yohanes
Surya. Penanaman nilai tanggung jawab menyebabkan siswa-siswa tersebut tanpa harus diminta
(dengan kesadaran) mereka dapat belajar selama 14-18 jam dalam 1 hari. Terkadang jika akan
mengikuti tournamen atau perlombaan mereka dapat menghabiskan waktu untuk belajar sampai
pukul 02.00 atau 03.00 WIB.
4
2 De Porter, Bobby & Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan , terj. Alwiyah Abdurrahman (Bandung: Kaifa, 2002), hlm. 22.
3 Masaru Emoto, The Hidden Messages in Water , (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2006), hlm. 5
4 Ary Wibowo, Tak Ada Anak yang Bodoh! , (Jakarta: Kompas.com, 2011), diterbitkan 13 Mei
2011.
Bahasa Indonesia Berbasis Pembelajaran Aktif 197