Page 150 - Kristen-BS-KLS-VII
P. 150
Menurut Prof. Magnis Suseno, agama barulah menjadi agama yang
benar ketika agama melayani kepentingan manusia dan kemanusiaan tentu
saja dalam keadilan dan kebenaran. Agama harus menjadi agama yang
manusiawi. Jika orang beragama tidak manusiawi, maka apakah dapat
disebut sebagai orang beragama?
Dapat disimpulkan cerminan sikap pluralis adalah sebagai berikut.
• Hidup dalam Perbedaan
Sikap menerima orang lain yang berbeda
• Saling Menghargai
Mendudukkan semua manusia dalam relasi kesetaraan, tidak ada yang
lebih tinggi ataupun lebih rendah.
• Sikap saling percaya
Rasa saling percaya adalah salah satu unsur terpenting dalam menjalani
hubungan antar sesama manusia dalam pebedaan agama maupun
kultural atau pun masyarakat.
• Interdependen (sikap saling membutuhkan/saling ketergantungan)
Manusia adalah makhluk sosial (homo socius), antara satu dengan yang
lainnya adalah saling membutuhkan dan saling melengkapi.
Tokoh-tokoh yang berjuang demi mewujudkan pluarlisme di Indonesia adalah
orang-orang nasionalis yang amat peduli pada keberlangsungan kehidupan bangsa
dan negara Indonesia. Dari kalangan Muslim Gus Dur (Presiden RI ke-3), Prof.
Nurcholis Madjid, Prof. Komarudin Hidayat, Bhiku Panjero dari kalangan agama
Budha. dari kalangan Kristen Dr. Th. Sumartana, Pdt. Dr. Eka Darmaputera, Pdt.
Dr. Marthin Lukito Sinaga dan masih banyak tokoh lainnya dari kalangan agama
Katolik ada Prof. Dr. Magnis Suseno, Dr. Mudji Sutrisno.
Alm. Pdt. Dr. Eka Darmaputera menjelaskan bahwa pluralisme adalah
suatu kerangka berpikir dan sikap tertentu dalam menghadapi realitas
pluralitas, yaitu sebuah keterbukaan yang tulus dan sungguh-sungguh
untuk menyadari dan mengakui perbedaan-perbedaan antara individu dan
kelompok-kelompok. Dari sini jelas bahwa Eka Darmaputera mengakui dan
mengajak kita menerima pluralitas agama-agama. Ia berharap bahwa orang-
140 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti untuk SMP Kelas VII