Page 108 - 16Feb18-BG Kristen kelas IX.indd
P. 108
Mereka pun tidak mendapatkan jaminan-jaminan kehidupan yang paling mendasar,
seperti bantuan kesehatan, tunjangan hari tua, dan lain-lain. Mereka hanya bekerja
sebagai pembantu rumah tangga, buruh di pabrik, petani penggarap yang bekerja
untuk para pemilik sawah, TKI/TKW di luar negeri, dan lain-lain.
Mengapa banyak orang tinggal diam ketika jutaan warga masyarakat kita terpaksa
harus mencari nafkahnya di luar negeri? Ternyata apa yang terjadi selama ini memang
menguntungkan sejumlah pihak. Para TKI/TKW yang kembali dari luar negeri sering
kali mengalami pemerasan dari para petugas di bandara. Dari temuannya, KPK
memperkirakan para TKI/TKW itu diperas hingga Rp325 miliar per tahunnya.
Sekarang, bacalah berita di bawah ini:
Melalui Biro Pelayanan Buruh Lembaga Daya Dharma (BPB-LDD), Keuskupan
Agung Jakarta membantu buruh yang bekerja dengan sistem kontrak dan outsourcing
di sejumlah perusahaan manufaktur.
Biro ini telah membuat Forum Buruh Bangkit untuk buruh kontrak dan
outsourcing di kawasan Tangerang. Lewat forum ini, mereka diajak mempersiapkan
UU Ketenagakerjaan yang baru, karena UU yang sekarang amat melemahkan buruh.
Kelompok-kelompok buruh kontrak dan outsourcing pun mulai terbentuk di
daerah Tigaraksa, Tangerang. Aktivitas ini dimulai tahun ini. BPB-LDD juga sedang
merintis pembentukan kelompok buruh di kawasan Jatake, Tangerang.
Melalui kelompok-kelompok ini, BPB-LDD mendampingi buruh kontrak dan
outsourcing dengan memberikan beragam pelatihan seperti pengelolaan ekonomi
rumah tangga (ERT). ”Konkretnya, bagaimana mereka dapat mengatur pendapatan
yang relatif kecil itu,” urai Lukas Gathot Widyanata, aktivis perburuhan dan pekerja
di BPB-LDD saat ditemui di Kantor LDD, Jakarta Pusat.
Dengan dukungan dari berbagai pihak, biro ini juga memberikan pelatihan usaha
kecil atau wirausaha, koperasi, dan keterampilan lainnya. ”Tujuannya, mereka dapat
memperoleh tambahan penghasilan,” imbuh Gathot. Di Tigaraksa ini, BPB-LDD
mendampingi buruh kontrak dan outsourcing yang tersebar di beberapa pabrik,
seperti pabrik makanan, sepatu, kaleng, bolpoin, kosmetik, sabun, dan garmen.
Pendampingan yang dilakukan tidak melulu pada buruhnya saja, tetapi meluas
sampai pendampingan keluarga. ”Mimpi kami adalah membentuk serikat buruh
berbasis buruh kontrak dan outsourcing. Tapi tak hanya mendampingi advokasi hak-
hak buruh saja, juga mendampingi ekonomi rumah tangga para buruh,” papar Gathot.
Nah, selain apa yang sudah dilakukan oleh Keuskupan Agung Gereja Katolik
Roma di Jakarta, apakah ada lagi orang-orang yang bersedia menolong dan
memberdayakan orang-orang seperti ini? Mintalah kepada siswa, apakah mereka tahu
gereja-gereja mana lagi yang sudah melakukannya? Coba minta mereka bertanya
kepada orangtua atau pendeta mereka di gereja, sejauh mana gereja mereka peduli
Kelas IX SMP
100