Page 152 - 16Feb18-BG Kristen kelas IX.indd
P. 152
A. Pendahuluan
Kelas ini dimulai dengan doa bersama yang dipimpin oleh salah seorang peserta
didik, lalu guru mengajak seluruh kelas menyanyikan lagu PKJ 239 ”Perubahan
Besar”. Kegiatan dilanjutkan dengan sebuah kisah ilustrasi dari tradisi Buddhis
Zen. Dalam kisah ini digambarkan bagaimana sebuah kebiasaan yang muncul dari
kebutuhan praktis malah berubah menjadi bagian dari ritual keagamaan. Ini sekadar
sebuah contoh bagaimana sebuah ritual keagamaan muncul dari suatu kebiasaan yang
tidak disengaja yang lama-lama menjadi tradisi yang diterima sebagai kebenaran.
Mungkin kita bisa menemukan contoh-contoh tradisi seperti itu yang kemudian
dianggap sebagai sesuatu yang harus diterima begitu saja sebagai kebenaran.
Contohnya pada hari Natal orang Kristen biasa memasang pohon Natal, di rumah
maupun di gereja. Bagaimana kalau sebuah keluarga tidak memasang pohon Natal?
Kemungkinan orang-orang akan bertanya, ”Mengapa keluarga itu tidak merayakan
Natal?” Seolah-olah perayaan Natal identik dengan memasang pohon Natal. Padahal
tradisi memasang pohon Natal sendiri tidak terdapat di dalam Alkitab.
Di sini kita bisa melihat bagaimana sebuah kebiasaan berkembang menjadi tradisi
sehingga sekarang dianggap sudah seharusnya ada di dalam kehidupan setiap orang
Kristen. Tanpa meremehkan nilai sebuah pohon Natal, rasanya sudah sewajarnyalah
bila orang Kristen tidak perlu harus merasa terikat dengan pohon Natal, atau merasa
bersalah bila ia tidak memasang pohon Natal di musim Natal.
Keyakinan bahwa orang Kristen harus memasang pohon Natal tampak pula
dalam kebiasaan yang dilakukan oleh semua gereja di dunia. Banyak gereja yang
merasa tidak lengkap apabila di hari-hari Minggu menjelang Natal tidak ada pohon
Natal di ruang kebaktian. Bahkan ada pula gereja yang sudah memasang pohon pada
hari Minggu pertama di bulan November. Di Filipina orang-orang Kristen sudah
memasang pohon dan hiasan Natal sejak bulan September, dan baru mencopotnya
pada akhir Januari.
Sebuah contoh lain adalah kehadiran Sinterklas pada perayaan Natal. Sinterklas
tidak ada hubungannya dengan Natal ataupun dengan kekristenan. Akan tetapi,
di banyak gereja di Indonesia, Sinterklas dianggap identik dengan Natal. Tanpa
Sinterklas perayaan Natal khususnya untuk anak-anak dianggap kurang lengkap.
Nah, dapatkah guru mencari contoh-contoh lain seperti ini?
B. Cerita ”Kucing di Biara”
Kucing di Biara
Setiap malam kepala biara dan murid-muridnya mengadakan doa malam,
dan setiap kali kucing di biara itu selalu datang mengganggu mereka. Oleh
karena itu, kepala biara menyuruh mereka mengikat kucing itu setiap kali waktu
Kelas IX SMP
144