Page 40 - 16Feb18-BG Kristen kelas IX.indd
P. 40

Nabi  Yeremia menubuatkan bahwa  Allah akan mengadakan suatu perjanjian
              yang baru dengan kaum Israel dan Yehuda, yaitu umat Allah. Perjanjian ini tidak
              dibuat dalam loh batu, melainkan yang dituliskan di hati mereka. Artinya, perjanjian
              Allah yang lama akan diperbarui dengan sebuah perjanjian yang baru.
                 Mengapa  Allah ingin mengadakan perjanjian yang baru dengan umat-Nya?
              Pada masa Perjanjian Lama kita menemukan banyak sekali kasus pelanggaran
              perjanjian oleh umat Israel. Berulang kali bangsa itu menolak dan berpaling dari
              Allah. Akibatnya mereka juga berulang kali mengalami penghukuman. (Ul. 9: 18;
              31: 29; Hak. 6: 1; 10: 6, dan lain-lain). Apa sebabnya? Tampaknya umat Israel hanya
              mengetahui hukum Allah apabila mereka membacanya atau mendengar hukum itu
              dibacakan atau disampaikan kepada mereka.
                 Marilah kita kembali mengingat akan panggilan Tuhan Allah kepada Abram yang
              belakangan berganti nama menjadi Abraham (Kej. 12: 1–3). Abram dipanggil Tuhan
              untuk meninggalkan seluruh sanak keluarganya, bahkan juga kota kelahirannya
              untuk hidup di sebuah negeri yang baru di kemudian hari dinyatakan kepadanya oleh
              Tuhan. Dari keturunannya lah kemudian terbentuk bangsa Israel, umat Allah yang
              diharapkan untuk menjadi saluran berkat-Nya kepada seluruh dunia.
                 Orang-orang Kristen perdana memahami dirinya sebagai umat Israel yang baru.
              Sama seperti Abraham yang dipanggil keluar untuk diutus menjadi berkat bagi dunia,
              begitu pula kita orang Kristen dipanggil keluar untuk kemudian menyatakan kasih
              Allah yang telah Ia wujudkan melalui Yesus Kristus. Kasih itulah yang harus kita
              sampaikan dengan perkataan dan perbuatan kita.
                 Namun demikian, seperti yang kita lihat di dalam Perjanjian Baru, hukum Taurat
              sering kali dijadikan sebagai senjata untuk menghakimi orang lain. Pada masa
              Perjanjian Baru, ketika  Tuhan Yesus melayani orang banyak, banyak ahli  Taurat
              yang mengecamnya karena Tuhan Yesus dianggap melanggar aturan-aturan Taurat
              dengan menyembuhkan orang pada hari Sabat (misalnya Mrk. 3: 1–6, bdk. Mat.
              12: 1–8; dan lain-lain.). Taurat yang seharusnya digunakan untuk menjadi penuntun
              menuju kehidupan yang lebih baik, malah lebih sering menghadirkan masalah dalam
              kehidupan bersama karena digunakan secara keliru.
                 Oleh karena itu, melalui Nabi Yeremia, Tuhan Allah mengatakan bahwa Ia akan
              menaruhkan Taurat-Nya di batin mereka dan menuliskan hukum-Nya di hati mereka.
              Dengan demikian, umat Allah akan selalu mengingat hukum-hukum-Nya. Dengan
              menaruh hukum Taurat di dalam hati, umat Allah pun akan memberlakukan hukum
              itu dengan hati, bukan sekadar mengikuti aturan-aturan hukum dengan membabi buta
              (bdk. 2 Kor. 3: 6).
                 Allah membentuk gereja sebagai umat Allah yang baru. Umat Allah yang hidup
              dengan hukum yang baru, yaitu hukum kasih. Oleh karena itu, gereja sering kali
              disebut sebagai ”Israel yang baru”. Dalam 1 Petrus 2: 9–10 dikatakan:



                   Kelas IX SMP
              32
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45