Page 131 - kebudayaan
P. 131

sering muncul pada masa itu cukup banyak, seperti Mochtar Lubis,
            A.A. Navis, W.S. Rendra, Mulady D.S., Wahabmanan, Achmad M.S.,
            Sukanto S.A., Gajus Siagian, Vazza Hidaya, Imasuandi, dan B. Jass.

                Setelah kemerdekaan, terjadi masa revolusi pada 1950-an. Pada
            saat itu, banyak novel diterbitkan dengan tema revolusi, seperti Ke-
            jatuhan Hati karya Rukiah, Keluarga Gerilya karya Pramoedya Ananta
            Toer, Perburuan karya Pramoedya Ananta Toer, Surapati karya Abdul
            Muis, Djokja Diduduki karya M. Dimyati, Mereka Yang Dilumpuhkan
            karya Pramoedya Ananta Toer, Tak Ada Esok karya Mochtar Lubis,
            Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis, dan Robert Anak Surapati
            karya Abdul Muis.
                Bila dilihat secara sosiologis, masyarakat pada periode tersebut
            terancam  berbagai  krisis  sehingga  karya  novel  yang  hadir  pada
            periode tersebut menjadi penting untuk diteliti. Novel Jalan Tak Ada
            Ujung (JTU) membicarakan pergolakan revolusi yang terjadi pada
            masa revolusi tahun 1950-an. Penulisnya, Mochtar Lubis, menyoroti
            berbagai bentuk perjuangan kemanusiaan yang dilakukan oleh tokoh
            guru Isa, Hazil, Kiran, dan Otong. Di dalam novel itu diceritakan
            bagaimana guru Isa berjuang untuk keluarga, bagaimana guru Isa
            berjuang menghadapi revolusi itu sendiri, dan bagaimana perjuang-
            an guru Isa berprofesi sebagai guru untuk anak didiknya di tengah
            suasana revolusi.
                Kritikus lain yang membahas Jalan Tak Ada Ujung, yakni Ajip
            Rosidi dalam Pembinaan Minat Baca, Bahasa, dan Sastra (1983), me-
            nyatakan bahwa guru Isa yang impoten berhasil menemukan kembali
            kelaki-lakiannya setelah mengalahkan ketakutannya dan berdamai      Buku ini tidak diperjualbelikan.
            dengan keadaan adalah hal yang menarik. Dalam Ikhtisar Sejarah
            Sastra (1969), Rosidi berpendapat bahwa ketakutan seseorang dapat
            teratasi dengan perbuatan yang berani dan pada akhirnya ia dapat
            mengalahkan ketakutannya sendiri.






          118    Narasi Kebangsaan dalam ...
   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135   136