Page 134 - kebudayaan
P. 134
Mochtar Lubis bekerja sebagai wartawan Kantor Berita Antara
di Yogyakarta pada 1945–1952. Ia pernah bekerja sebagai karyawan
Bank Factori Jakarta, anggota tim monitoring radio sekutu untuk
kepentingan Gunseikenbu tentara Jepang tahun 1943, redaktur majalah
Masa Indonesia, dan penulis kolom surat kabar mahasiswa Kami tahun
1975. Selain itu, ia juga pernah menjadi ketua Dewan Redaksi Majalah
Solidarity di Manila, penulis Tajuk di Majalah Suara Alam di Jakarta,
dan Juri Festival Film Indonesia tahun 1981. Setelah kantor Antara
ditutup oleh pemerintah Belanda, ia bekerja di surat kabar Harian
Merdeka tahun 1945 dan menjabat sebagai pimpinan redaksi majalah
Mutiara tahun 1949–1950. Pada masa itu, Mochtar Lubis sangat dekat
dengan Chairil Anwar, Achdiat Kartamiharja, Usmar Ismail, dan Aoh
K. Hadimadja.
Karya yang pernah ditulis Mochtar Lubis adalah cerita anak
dalam Surat Kabar Sinar Deli dan Majalah Siasat. Cerita pendek itu
kemudian diterbitkan dalam kumpulan cerpen berjudul Si Jamal.
Novel yang pernah ditulisnya adalah Tidak ada Esok, Jalan Tak Ada
Ujung, dan Maut dan Cinta. Selain itu, sebagai wartawan, Mochtar
Lubis dikenal dengan pandangannya yang sangat kritis. Tulisannya
banyak mengkritik para pemimpin.
Dalam keilmuan, Mochtar Lubis menguasai bahasa asing, seperti
bahasa Inggris, Spanyol, Prancis, dan Jerman. Ia kerap melakukan
perjalanan jauh, kemudian dibukukannya dalam Perlawatan ke
Amerika, Perkenalan di Asia Tenggara, dan Indonesia di Mata Dunia.
Catatannya sebagai wartawan juga dibukukan dalam Catatan Korea.
Tulisan Mochtar Lubis juga banyak yang berhubungan dengan Buku ini tidak diperjualbelikan.
revolusi. Dalam novel dan cerita pendek, ia menulis tentang para pen-
jahat dan kejahatannya. Bagaimana seseorang dapat mengembalikan
hak dan harkatnya sebagai manusia ditulisnya dalam cerita pendek
“Bromocorah” di majalah Horizon tahun 1982.
Jalan Tak Ada ... 121