Page 135 - kebudayaan
P. 135

Pada 1957, Mochtar Lubis ditahan. Namun, selama ditahan,
            ia tidak berhenti dan terciptalah Senja di Jakarta, Tanah Gersang,
            Harimau-Harimau, dan Maut dan Cinta. Kemudian pada 1958 ia
            mendapat penghargaan Magsansay Journalis and Literature Award.
            Penghargaan itu baru diterimanya setelah keluar dari penjara delapan
            tahun kemudian. Penghargaan lain yang diterimanya adalah Pena Mas
            untuk kemerdekaan Pers dari Federation Internationale Des Editeurs
            de Jounaoux et Publication (Federasi Penerbit Surat Kabar Interna-
            tional) di Prancis. Penghargan lain yang diterima secara nasional oleh
            Mochtar Lubis adalah dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional
            (BMKN) untuk novel Jalan Tak Ada Ujung, dari Majalah Kisah (1952)
            untuk cerpen “Musim Gugur” (1953), dan dari Persatuan Wartawan
            Indonesia (PWI) untuk peliputan perang di Korea (1953). Ia juga
            menerima penghargaan untuk cerpen "Perempuan" dari BMKMN ta-
            hun 1955–1956. Novel Harimau-Harimau mendapat penghargaan dari
            Yayasan Buku Utama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun
            1975. Novel Maut dan Cinta juga mendapat penghargaan Anugrah
            Sastra Chairil Anwar tahun 1979, Penghargaan Anugrah Sastra Chairil
            Anwar dari Dewan Kesenian Jakarta 1992, dan Penghargaan Bintang
            Mahaputra Utama dari Pemerintah RI 2004. Mochtar Lubis bebas
            dari penjara tanggal 17 Mei 1966 dan beliau kemudian menerbitkan
            majalah Horizon.


            C.  Revolusi dalam Novel Jalan Tak Ada Ujung
            Jika kita menelusuri kisah perjuangan tokoh dalam novel Jalan Tak
            Ada Ujung (JTU), tentunya kita dapat menemukan berbagai pandang-    Buku ini tidak diperjualbelikan.
            an kemanusiaan yang bersifat universal. Perjuangan yang dilakukan
            berbagai tokoh dalam cerita ini mengandung nilai-nilai kemanusiaan
            dalam suasana revolusi yang realistik. Berbagai perlawanan manusia
            dalam penjajahan Belanda, semangat perjuangan, ketakutan, per-
            masalahan rumah tangga, kejahatan manusia terhadap sesama, dan
            kekejaman perang digambarkan pengarang dalam novel ini.



          122    Narasi Kebangsaan dalam ...
   130   131   132   133   134   135   136   137   138   139   140