Page 139 - kebudayaan
P. 139
pipa itu dibongkarnya maka semua ketakutan. Dia sudah tahu sekarang
antara dia dan Fatimah akan datang pengakuan dari dirinya meski
terlambat (Lubis, 1992: 134).
Bila dilihat dari perjuangan guru Isa sebagai suami, banyak hal
yang dikorbankannya, misalnya harga dirinya yang sudah tercabik-
cabik karena mengalami impoten. Guru Isa berpikir dengan bijak-
sana dan kepala dingin karena Hazil telah membahagiakan istrinya
meskipun haknya sebagai suami telah terampas. Tidak sedikit pun ada
perubahan sikap yang tampak dari guru Isa ketika ia berhadapan, baik
dengan Hazil maupun Fatimah. Semua itu dilakukannya agar rumah
tangganya dengan Fatimah tetap utuh.
Guru Isa mencari pengobatan untuk menyembuhkan dirinya dari
impotensi. Hal itu dilakukannya demi membahagiakan istrinya. Na-
mun, usaha itu belum berhasil. Dengan keadaan itu, jiwanya makin
tertekan dan semakin menderita. Hal ini tampak pada penggalan novel,
“Meskipun bertahun-tahun berobat belum ada tanda-tanda kesembuh-
an, betapa jiwanya menderita benar. Tertekan ke dalam jiwa sadarnya”
(Lubis, 1992, 30).
Guru Isa berharap istrinya mau membantu kesembuhannya
menjadi laki-laki normal. Namun, Fatimah tidak sedikit pun mau
membantu, bahkan ia menjadi orang yang tidak peduli kepada
suaminya. Kehidupan rumah tangganya menjadi dingin dan tidak
ada lagi kebahagiaan. Kehidupan rumah tangganya lebih banyak
kepura-puraan dan ia berusaha menjadi urakan. Namun, dengan
segala upaya dan kesabaran, secara perlahan guru Isa bangkit kembali Buku ini tidak diperjualbelikan.
dalam menjalani hidup rumah tangganya walaupun kondisinya tidak
kunjung membaik.
2. Perjuangan Guru Isa dalam Menghadapi Revolusi
Sepanjang perjalanan hidupnya, guru Isa selalu dirundung permasalah-
an. Akibat dari tekanan masa revolusi dan kekejaman Jepang, dirinya
126 Narasi Kebangsaan dalam ...