Page 212 - kebudayaan
P. 212
tua bernama Booghuizen. Pertengkaran sengit Henri Dam dan Lucie
pun kerap terjadi. Terakhir, Lucie tamasya dengan teman-temannya
selama tujuh belas hari dan tidak pulang-pulang ke rumah. Setiap hari
mereka pesta minum-minum hingga larut malam. Karena meminum
alkohol berlebihan, Lucie pun meninggal.
Sementara itu, Sondari alias Haji Mukti mendapat kedudukan
yang baik di Semarang dan tinggal di Bojong. Pada Oktober 1866, ia
mendapat telegram dari Henri Dam yang mengabarkan Lucie mening-
gal dunia. Selanjutnya, Haji Mukti dan Henri Dam, dua sahabat lama
waktu di Betawi, rajin berkirim surat. Akhirnya, Sondari memper-
temukan kembali Siti Mariah dengan Henri Dam di Yogya, bahkan
dengan Waginah dan Sarinem yang masih hidup. Mereka kembali
menjadi suami istri. Ari yang sudah lepas dari rumah yatim Katolik
di Semarang kembali hidup bahagia sebagai anak Henri Dam dan
Siti Mariah. Akhirnya, Henri Dam, Siti Mariah, dan Ari berangkat ke
Eropa. Mereka hidup bahagia dan menetap di Brussel.
C. Simpulan
Roman HSM selain dianggap sebagai peninggalan sastra Indonesia,
juga ibarat secuplik sejarah sosial Indonesia di Pulau Jawa yang akan
hilang jika tidak diupayakan penerbitannya kembali oleh Pram. Dalam
“Sekedar Penjelasan” Pram dalam buku roman HSM, disebutkan
bahwa upaya untuk mencari siapa pengarangnya, Haji Mukti, tidak
berhasil sampai HSM masuk jadwal terbit. Tentang nama pengarang-
nya, Haji Mukti, pun tidak diketahui apakah nama samaran atau nama
sebenarnya. Namun, apabila ditapis dari alur cerita HSM, diketahui Buku ini tidak diperjualbelikan.
bahwa pengarang roman ini ikut menjadi tokoh cerita yang ditulisnya.
Melalui alur cerita, tokoh Haji Mukti sewaktu lahir bernama Sondari.
Ia lahir di Kedu tahun 1850 sebagai anak pertama Kontrolir Kedu,
Elout van Hogerveldt, dari nyainya, Raden Ayu Mustikaningrat, putri
kedua Penghulu Kedu. Sebagai anak dari nyai yang belum sempat
Kebangsaan pada Era ... 199