Page 209 - kebudayaan
P. 209
Siti Mariah. Henri Dam rupanya sudah termakan guna-guna dari
Tangerang. Dari Sokaraja, Henri Dam dibawa ke Kalibangor tanpa
diketahui istri atau mertuanya untuk melihat pabrik gula yang baru
dibeli nyonya van Holstein. Di Kalibangor, Henri Dam jatuh sakit
panas dan mengigau memanggil anaknya, Ari. Kabar sakitnya Henri
Dam sampai ke Joyopranoto sehingga dia berangkat ke Kalibangor
membawa cucunya, Ari. Setelah lima hari, Henri Dam sembuh. Joyo-
pranoto kembali ke Sokaraja tanpa membawa Ari. Namun, memang
sudah niat nyonya janda van Holstein untuk menguasai Henri Dam.
Akhirnya Henri Dam dan Ari dibawa ke Betawi. Ia sudah melupakan
Siti Mariah dan berjanji akan sehidup semati dengan Lucie. Dalam
keadaan sakit dan seperti hilang ingatan, Henri Dam dinikahkan
dengan Lucie tanpa pesta.
Ketika kawin dan harus membubuhkan tanda tangan dalam buku kawin,
tangannya hampir-hampir tak dapat digerakkan. Tangan itu menggigil.
Sebentar-sebentar ia menyeka mukanya dan sapu tangan yang telah
basah kuyub dengan keringat (Mukti, 1987: 94).
Berita itu sampai juga kepada Joyopranoto, istrinya, dan Siti
Mariah. Mereka sangat terpukul. Sehari-hari hanya kesedihan, per-
menungan, dan air mata yang menggumuli mereka. Siti Mariah serasa
mau gila kehilangan anaknya, Ari, dan suami yang sangat dicintainya,
Henri Dam. Di Betawi, Ari tinggal di rumah mentereng berdinding
marmer dan dimanjakan dengan makanan serta mainan. Awalnya,
dia menolak dan selalu mendekap ayahnya, Henri Dam. Namun,
karena Henri Dam yang seperti hilang ingatan tak dapat memberi
kasih sayang kepada anaknya, Ari menerima kasih sayang semu dari Buku ini tidak diperjualbelikan.
nyonya janda Gerrit van Holstein dan Lucie.
Setelah dianggap sembuh, pasangan Henri Dam dan Lucie di-
kabarkan akan datang ke Sokaraja. Ia berkirim surat kepada mertuanya
yang dengan penuh hormat menyatakan mengembalikan Siti Mariah
196 Narasi Kebangsaan dalam ...