Page 125 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 125

Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru                                              Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru

            buah sukun tersebut. Namun, ia tidak berani untuk langsung
            memetik buah sukun itu. Ia harus terlebih dahulu meminta
            izin kepada kakaknya di Waiselano. Maka pergilah sang adik
            ke tempat tinggal kakaknya dengan berjalan kaki. Setelah
            menempuh perjalanan yang cukup jauh, maka sampailah ia
            ke tempat tinggal kakaknya.
                  Sesampainya di Waiselano, sang adik menyampaikan
            keinginannya kepada kakaknya.
                  “Kakak, pohon sukun di Usailo itu sedang berbuah.”
                  “Oh, syukurlah kalau pohon sukun itu sudah berbuah.
            Apakah buahnya banyak?” tanya sang kakak.

                  “Pohon sukun itu hanya memiliki satu buah saja. Saya
            ke sini meminta izin untuk memetik buah sukun itu,” kata
            sang adik.
                  “Jangan dulu kau petik buah sukun itu karena masih
            muda tunggulah beberapa bulan lagi sampai buah sukun itu
            benar-benar sudah tua baru kau ambil,” sahut sang kakak
            melarang adiknya.
                  Setelah mendengar perkataan kakaknya, sang adik
            terdiam. Namun dalam diamnya ia menyimpan kekecewaan
            yang sangat besar. Maka, kembalilah sang adik ke Usailo.
                  “Saat saya sampai nanti akan kutebang pohon sukun
            itu,” kata adiknya dalam hati.
                  Sesampainya di Usailo, sang adik mulai mengambil
            sebilah parang  yang telah  diasahnya hingga tajam.
            Berangkatlah ia menuju ke pohon sukun. Sesampainya di sana,
            tanpa berpikir panjang, ia langsung menebang pohon sukun
            itu hingga roboh. Setelah roboh, ia memotong lagi bagian
            batangnya hingga terputus menjadi dua bagian. Setelah dirasa
            cukup, pulanglah sang adik ke rumahnya.
                  Beberapa saat kemudian, sang kakak mendengar berita


                                       114                                                                            114
   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130