Page 129 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 129
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
Pada suatu ketika, Pulau Buru dilanda musim kemarau
berkepanjangan. Hampir semua air sungai dan sumber air
lainnya mengering. Banyak tumbuhan yang mati. Keadaan itu
menyebabkan banyak hewan yang kehausan dan akhirnya mati.
Rasa haus dan lapar dialami oleh semua hewan.
Keadaan yang serba sulit itu memaksa semua kelompok hewan
mencari sumber air dan sumber makanan. Mereka tidak mau
mati sia-sia. Untuk itu, hewan-hewan itu berjalan menelusuri
padang ilalang yang tak lagi hijau. Lembah dan bukit
tandus terlihat di mana-mana. Mereka terus berjalan selama
berhari-hari. Dalam perjalanan panjang dan melelahkan
tersebut, akhirnya kelompok Manjangan dan hewan lainnya
menemukan sebuah danau yang masih banyak airnya.
“Akhirnya kita menemukan danau yang masih berair ini.
Aku akan minum dan mandi sepuas hatiku,” kata Manjangan
betina kepada suaminya. Tampak Manjangan betina sangat
kegirangan.
“Hai istriku, coba kamu lihat, sudah banyak hewan lain
yang datang ke tepian danau ini. Cepatlah! Jangan sampai kita
berdua tidak kebagian air untuk minum,” kata Manjangan
jantan. Manjangan betina menatap ke sekitar danau itu.
“Iya benar. Tempat ini sudah ramai dengan hewan lain.
Ayo cepat! Jangan sampai kita terlambat!” kata Manjangan
betina.
Keduanya segera bergegas menuju sumber air tersebut.
Tiba di danau, keduanya minum air dengan sepuas-puasnya.
Tak lupa, keduanya merendam tubuhnya di air danau itu.
Mereka melakukan hal itu karena sudah berminggu-minggu
menahan haus dan lapar.
Saat sedang minum air danau, Manjangan betina
melihat hewan lain yang tampak gagah perkasa.
118 118