Page 132 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 132
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
“Istriku ingin sekali melihatku menari Cakalele sambil
memakai tandukmu itu. Boleh atau tidak?” tanya Manjangan
jantan.
“Memangnya apa yang istimewa dari tandukku ini?”
tanya Asu penasaran.
“Kata istriku, aku akan terlihat gagah bila menari dengan
memakai tandukmu,” jawab Manjangan jantan.
“Jika itu keinginan istrimu, baiklah. Aku akan
meminjamkannya,” jawab Asu. Manjangan jantan sangat
gembira mendengar kesediaan Asu meminjamkan tanduknya.
Ia membayangkan dirinya yang tampak gagah di hadapan
istrinya.
“Akan tetapi jangan di sini saya meminjamnya. Apabila
saya memakainya di sini dan dilihat oleh teman-teman saya,
mereka pasti akan datang meminjamnya juga,” kata Manjangan
jantan.
“Oh iya. Benar juga,” kata Asu. “Lalu di tempat mana
yang cocok untuk kau pinjam tandukku ini?” tanya Asu
penasaran.
“Di sana ada padang rumput. Tidak jauh dari sini. Di
sana, saya akan mencobanya,” tanya Manjangan jantan.
“Itu lebih baik,” jawab Asu.
Keesokan harinya, mereka bertiga menuju padang
rumput yang telah disepakati. Segera si Asu melepas tanduknya
dan meminjamkannya kepada Manjangan jantan. Manjangan
jantan yang memakai tanduk itu terlihat gagah seperti para
kesatria.
“Wahai sahabatku, bagaimana pendapatmu? Bagus atau
tidak?” tanya Manjangan jantan.
“Kamu terlihat sangat gagah memakai tanduk itu,” jawab
Asu dengan sungguh-sungguh. Ia memuji Manjangan jantan
121 121