Page 131 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 131
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
tidak lagi kamu perhatikan,” tanya Manjangan jantan dengan
perasaan jengkel. Wajahnya tampak cemberut.
“Jangan cemberut wahai suamiku,” jawab Manjangan
betina membujuk.
“Apa yang istimewa pada si Asu itu?” tanya Manjangan
jantan. Ia penasaran pada istrinya yang selalu memperhatikan
Asu.
“Aku sangat senang melihat tanduk yang dipakai
sahabatmu itu. Seandainya engkau yang memakai tanduk itu
pada saat menari Cakalele, kamu akan terlihat lebih gagah
daripada dia,” jawab Manjangan betina.
Manjangan jantan terdiam sejenak. Ia berpikir tentang
apa yang diucapkan istrinya.
“Baiklah. Saya harus memiliki tanduk itu,” batin
Manjangan jantan. Ia kemudian mencari cara agar bisa
mendapatkan tanduk sahabatnya itu.
“Begini saja. Kalau kamu ingin melihat saya memakai
tanduk itu, saya akan meminjamnya kepada si Asu,” kata
Manjangan jantan.
Keesokan harinya, Manjangan jantan menemui Asu.
Manjangan jantan menyampaikan maksud dan keinginan
istrinya.
“Hai sahabatku yang baik hati, bagaimana keadaanmu
hari ini?” kata Manjangan jantan memulai percakapan.
“Sudah lebih baik dari hari-hari kemarin,” jawab Asu.
“Sebenarnya maksud dari kedatanganku menemuimu
hari ini adalah aku ingin menyampaikan sesuatu,” kata
Manjangan jantan.
“Katakan saja apa maksudmu itu! Mungkin sahabatmu
ini bisa membantunya,” kata si Asu.
120 120