Page 133 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 133
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
yang penampilannya menjadi lebih perkasa setelah memakai
tanduk itu. Sementara itu, Manjangan jantan hilir-mudik di
tengah padang sambil melihat dirinya yang memang tampak
lebih gagah dari sebelumnya.
“Sekarang, saya akan menari di hadapan kalian,” kata
Manjangan jantan. Ia kemudian berlompatan ke sana kemari.
Usai menari, ia bertanya kepada Si Asu.
“Apakah tarianku terlihat bagus?”
“Ia, tarianmu sangat bagus!” jawab Si Asu. Manjangan
memang ahli menari. Pantaslah tariannya bagus.
“Kalau begitu, aku akan menari dari jarak yang agak
jauh dari kalian. Kira-kira, apa masih terlihat indah?” kata si
Manjangan jantan kepada Si Asu.
Manjangan jantan kemudian berjalan ke tempat yang
agak jauh. Si Asu berdiri tenang di tempatnya sambil menunggu
pertunjukan tari dari Manjangan. Sesaat kemudian, tampak
Manjangan jantan menari Cakalele. Manjangan melompat ke
sana kemari. Semakin lama, lompatannya semakin jauh dari
tempat Si Asu berdiri. Lama-kelamaan, Manjangan jantan tak
tampak lagi di padang rumput itu. Si Asu dan Manjangan betina
mengamatinya. Tetap saja Manjangan jantan tak terlihat.
Pada saat melihat suaminya telah menghilang,
Manjangan betina berbicara kepada Si Asu.
“Wahai sahabat suamiku. Cobalah kamu pergi melihat
keadaan sahabatmu di sana. Dia baru pertama kali menari
Cakalele dengan menggunakan tanduk. Saya khawatir terjadi
sesuatu yang buruk dengannya,” kata Manjangan betina.
“Benar juga,” batin Si Asu. Berlarilah ia sekencang-
kencangnya ke tempat Manjangan jantan tadi menari.
Pada saat si Asu menjauh, Manjangan betina justru berlari
ke arah sebaliknya. Ia berlari sekuat tenaga ke tengah hutan.
122 122