Page 138 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 138
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
ditebaskan berkali-kali. Anak buah kapal menyerang habis-
habisan. Mereka bernafsu hendak membunuh kedua elang
raksasa itu.
Mendapat perlawanan dari anak buah kapal, kedua
elang itu terluka. Darah menetes. Sayapnya terbakar. Tak ayal,
kedua elang itu mengerang kesakitan.
“Koaaaaak... Koaaaak... Koaaaak...!!!” teriak elang
raksasa.
Darah terus mengucur dari tubuh kedua elang itu.
Tombak panas telah merobek bulu hingga melukai tubuhnya.
Di sisa-sisa tenaga, kedua elang raksasa itu kembali
mengamuk. Lengkingannya menyeramkan siapa saja yang
mendengarnya. Kukunya yang tajam, dihujamkan ke tubuh
anak buah kapal. Sayapnya dihentakkan ke tiang kapal. Tiang
kapal roboh dan menewaskan anak buah kapal.
Karena terus mengamuk, tenaga kedua elang raksasa
semakin terkuras. Keduanya terlihat kewalahan. Darah
mengucur semakin deras dari tubuh yang luka. Sayap yang
terbakar menjadikan gerakannya melambat. Kedua elang itu
memutuskan untuk segera terbang ke gunung Garuda.
“Koaaaaak... Koaaaak... Koaaaak...!!!”
Kedua elang raksasa itu melengking panjang. Sesaat
kemudian, kedua elang raksasa terbang meninggalkan kapal.
Tujuannya yakni ke gunung tempat keduanya tinggal.
Sebelum mencapai gunung, tenaga kedua elang raksasa
itu habis. Keduanya terjatuh ke pantai Negeri Tifu. Elang
raksasa sekarat. Matanya terlihat sayu. Sayapnya tidak bisa
lagi digerakkan. Lengkingannya juga melemah. Tiada berapa
lama, kedua elang raksasa tewas kehabisan darah.
Setelah tahu kedua elang raksasa mati, segera rombongan
saudagar pergi meninggalkan Negeri Tifu.
127 127