Page 137 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 137
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
Semua anak buah kapal segera persiapkan diri. Mereka
memegang tombak, golok, dan benda apa saja untuk melawan
elang raksasa. Mereka telah berjaga-jaga. Walau begitu,
mereka tetap khawatir berhadapan dengan kedua elang itu.
Mereka tidak ingin menjadi korban.
“Kita sudah mendekati Negeri Tifu. Semua bersiaga di
geladak!” perintah nakhoda kapal. “Tunggu komando dari
saya! Jangan bergerak sebelum saya memberi perintah,” teriak
nakhoda kembali.
Perlahan-lahan, kapal semakin mendekati Negeri Tifu.
Para anak buah kapal makin cemas. Tangan terasa bergetar.
Kaki-kaki mereka terasa lunglai. Napas anak buah kapal itu
turun naik tidak teratur.
Dari gunung, elang raksasa melihat sebuah kapal
mendekati pesisir pantai. Matanya yang besar langsung
menatap tajam ke seisi kapal. Walau dari jauh, elang raksasa
itu melihat dengan jelas sejumlah manusia berdiri di atas
geladak kapal.
“Kami akan memakan kalian,” gumam elang raksasa.
Sesaat kemudian, kedua elang raksasa itu terbang
dengan sangat cepat menuju kapal. Lengkingannya terdengar
ke seantero negeri. Sangat menakutkan.
Setibanya di kapal, kedua elang raksasa itu mengobrak-
abrik seisi kapal. Sayapnya yang lebar dan kuat dihentakan
menyerang anak buah kapal. Kuku yang tajam, mencengkram
apa saja yang hendak dirusaknya. Kedua elang itu menyerang
dengan sangat ganas. Seisi kapal porak-poranda.
Melihat hal itu, nakhoda kapal memberi komando
kepada anak buahnya.
“Seraaaaang,,,,,,!
Tombak dihujamkan ke tubuh elang raksasa. Parang
126 126