Page 143 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 143

Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru                                              Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru

            makan, sang ibu menasihati kedua anaknya agar mensyukuri
            apa yang mereka makan hari ini.

                  Saat sedang makan, kakak-beradik tarik menarik piring
            makanan. Si kakak mau makan yang lebih banyak. Si adik
            juga mau seperti kakaknya. Sang ibu melarai sambil berkata,
            “Berbagi-bagilah makanannya! Jangan bertengkar! Bertengkar
            itu tidak baik. Kakak-beradik itu harus saling berbagi dan
            saling menyayangi satu sama lain,” lanjut sang ibu.
                  Kedua anak itu terdiam. Keduanya lalu menghabiskan
            makanan mereka. Usai makan, sang ibu kembali mengajak
            kedua anaknya untuk berdoa agar apa yang telah mereka
            makan dapat membawa kesehatan dan kekuatan kepada
            mereka.
                  Setelah ketiganya selesai makan, kakak bertugas
            mencuci piring. Si adik membersihkan meja, sedangkan sang
            ibu beristirahat di teras depan rumah.
                  Saat sedang istirahat, sang ibu berkata, “Anak-anakku,
            apakah pekerjaan kalian sudah selesai?”
                  “Sudah Bu,” jawab kedua anaknya seraya menghampiri
            ibunya. “Ada apa, Bu?” tanya si kakak.
                  “Duduklah kalian di dekat Ibu,” sahut ibunya. Tampak
            sang ibu seperti hendak menyampaikan sesuatu yang serius.
                  “Anak-anakku, dengarlah pesan Ibu, terutama kepada si
            kakak.” Sang ibu memulai perkataannya.
                  “Lihatlah di sekelilingmu! Pulau dan tanah ini adalah
            milik sang khalik yang dititipkan untuk kalian. Banyak sekali
            kekayaan alam di pulau ini. Pulau ini sangatlah luas. Ada hutan
            yang rimbun dengan berbagai pohon di dalamnya. Janganlah
            kalian merusak alam! Kalau tidak, suatu ketika alam akan ma-
            rah. Akan terjadi bencana alam,” lanjut sang ibu panjang lebar.
            Kali ini, sang ibu terlihat sangat serius menyampaikan hal itu.



                                       132                                                                            132
   138   139   140   141   142   143   144   145   146   147   148