Page 148 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 148
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
Angin bertiup sepoi-sepoi seakan alam turut mendukung
perjuangan mereka.
Keesokan harinya, berkat kerja sama dan saling
membantu sesama rakyat, maka siaplah pasukan pejuang
lengkap dengan persenjataannya. Para pejuang berkumpul di
beberapa tempat di pesisir pantai dan daratan Namlea. Tak
beberapa lama, kapal perang Belanda merapat ke pelabuhan
Namlea. Perlahan-lahan, kapal sandar di pelabuhan.
Ketika tentara Belanda menginjakkan kaki di pelabuhan,
tiba-tiba terdengar suara takbir dan tahlil berkumandang tak
jauh dari semak-semak pantai.
“Allah Akbar… Allah Akbar… Seraaang!” pekik para
pejuang menyerbu. Serentak mereka menyerang tentara
Belanda dari berbagai penjuru.
Betapa terkejutnya tentara Belanda. Mereka baru saja
keluar dari kapal, langsung disambut dengan tembakan bedil.
Beberapa orang jatuh bergelimpangan terkena tembakan.
Tentara Belanda yang kalap sontak memuntahkan mortir
ke segala penjuru. Tentara Belanda melemparkan beberapa
granat ke arah para pejuang. Dengan membabi buta, mereka
menembak ke segala arah. Namun, serangan balasan tentara
Belanda itu tak membuat nyali para pejuang gentar. Malahan,
para pejuang makin bersemangat. Mereka terus bergerak maju
melawan Belanda. Perang semakin berkecamuk.
Tanah Buru membara. Suara gemuruh menghujam
langit Pulau Buru. Para pejuang tak gentar melawan tentara
Belanda. Tiada rasa takut menyerang musuh yang jauh lebih
besar dari jumlah mereka. Para pejuang menggunakan senjata
seadanya dan segala pusaka dari nenek moyang.
“Hancurlah kalian! Ha, ha, ha,” teriak seorang serdadu
Belanda sambil melemparkan granat kepada para pejuang.
137 137