Page 170 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 170
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
“Kebun saya baik-baik saja. Tidak ada tanda-tanda
binatang buas,” sahut Pak Ilyas.
“Syukurlah. Beda dengan saya. Kebunku hancur
berantakan,” jawab Pak Basirun sedih.
Pak Basirun kemudian mengecek pagar di kebunnya.
Pagar-pagar tersebut telah roboh dan hancur.
“Perbuatan siapakah ini? Manusia atau binatang?”
Dengan rasa penasaran dan sakit hati, Pak Basirun
kemudian membuat perangkap. Pak Basirun mencari batang
pohon bambu. Setelah menemukan pohon bambu, pohon
itu ditebang lalu dibawa ke kebunnya. Bambu tersebut
dipotong-potong menjadi beberapa bagian, kemudian dibuat
seperti tombak sebanyak 10 buah. Tombak-tombak tersebut
ditancapkan di atas tanah berhadapan dengan bagian pagar
yang telah roboh.
Tepat sore hari, perangkap yang dibuat Pak Basirun
selesai dibuat. Dia kemudian bergegas pulang, sambil berharap
perangkap yang dibuatnya dapat menjerat pelaku perusak
kebunnya.
Setiba di rumah, sikap Pak Basirun tampak aneh.
Wajahnya terlihat letih dan marah. Melihat gelagat suaminya,
Ibu Sapia menghampiri Pak Basirun.
“Ada apa pak?” sapa Ibu Sapia sambil menyerahkan
segelas teh hangat kesukaan Pak Basirun.
“Ada masalah di kebun. Nanti saja saya cerita. Mau
mandi dulu,” jawab Pak Basirun.
Setelah mandi dan makan, suami istri itu kemudian
bercakap-cakap.
“Tadi saya ke kebun. Di sana saya melihat tanaman-
tanaman hancur berantakan,” kata Pak Basirun memulai
percakapan.
159 159