Page 172 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 172
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
“Tolong lepaskan saya! Apa saja yang engkau mau akan
saya kabulkan. Asalkan jangan engkau bunuh saya,” teriak
buaya itu.
“Enak saja. Kamu telah menghancurkan tanaman-
tanaman saya!” teriak Pak Basirun.
“Jangan bunuh saya! Kamu akan menyesal nantinya,”
sahut buaya itu.
Pak Basirun terbayang kebunnya yang porak-paranda
dihancurkan oleh buaya itu. Lantas ia mencari balok kayu
untuk memukul kepala buaya itu. Dia berencana untuk
menghabisi buaya itu.
Melihat gelagat Pak Basirun, buaya itu semakin
meronta-ronta. Satu perangkap mampu ia putuskan. Buaya
itu kemudian mendekati Pak Basirun. Namun masih ada tiga
perangkap yang harus dilewatinya. Buaya itu mengarahkan
seluruh tenaganya untuk melepaskan perangkap terlilit
di tubuhnya. Namun sayang, Pak Basirun terlebih dahulu
menghantam kepala buaya itu dengan kayu balok. Buaya itu
tak sadarkan diri.
Pak Basirun kemudian mengorek-ngorek badan buaya
itu. Ia mengecek apakah buaya itu telah mati atau belum.
Ternyata buaya itu belum mati.
“Kamu akan menerima akibat dari perbuatanmu ini,”
teriak buaya perlahan.
Setelah mendengar perkataan sang buaya, tanpa berpikir
panjang, Pak Basirun menghantam kepala buaya untuk kedua
kalinya. Buaya itu akhirnya mati.
Setelah memastikan bahwa sang buaya telah mati, Pak
Basirun mendorong tubuh buaya ke semak-semak. Kemudian,
Pak Basirun pulang ke rumah.
161 161