Page 176 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 176
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
beberapa kali kejadian serupa menimpa warga yang bermukim
di teluk Namlea.
Rentetan kejadian meninggalnya beberapa warga
menjadi kabar yang menggegerkan warga Namlea. Tidak
tampak lagi anak-anak yang semula biasa main dan berenang
di sekitar teluk Namlea. Mereka takut menjadi mangsa
binatang buas yang selalu memangsa warga. Para nelayan
sebagian besar memilih tinggal di rumah daripada melaut.
Akibatnya, harga ikan melonjak. Rakyat menjadi mengeluh
karena ketiadaan ikan.
Keadaan itu mengganggu kenyamanan warga. Apalagi
pada saat itu, terjadi musim paceklik di Pulau Buru. Menyikapi
hal itu, pimpinan Kota Namlea mengundang seluruh tokoh
adat dan pemuka masyarakat untuk duduk bersama mencari
jalan keluar atas masalah serius yang sedang melanda warga
Namlea itu.
Setelah seluruh masyarakat berkumpul, mereka
mengadakan rapat untuk membahas beberapa kejadian yang
menimpa warga di sekitar teluk Namlea itu. orang-orang tua
yang mengikuti rapat memutuskan untuk mendatangkan
pawang buaya yang mampu menjinakkan buaya-buaya buas
itu. Akhirnya, diundanglah pawang buaya dari Makassar.
Warga setempat berharap pawang buaya itu dapat menaklukan
buaya yang sering menyerang warga.
Pawang buaya tiba di teluk Namlea. Warga setempat
menunggu hasil pekerjaan pawang buaya. Semoga saja
buaya-buaya itu dapat dijinakkan. Warga hanya ingin buaya
itu tertangkap agar nelayan bisa kembali melaut. Mereka
tidak ingin selalu was-was ketika berada di teluk. Seperti itu
harapan semua warga. Teluk Namlea selama ini menjadi salah
satu sumber kehidupan warga sekitar.
165 165