Page 180 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 180
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
“Siapakah orang tua itu? Sepertinya, ia baru datang ke
kampung ini,” lanjut Mail.
“Untuk apa dia datang ke kampung kita ini?” kata Husen
menimpali.
“Iya ya. Kira-kira, dari mana asal kakek itu?” balas
Salasa.
Ketiga lelaki itu hanya mampu bertanya-tanya. Ketiganya
tidak tahu sama sekali dari mana asal lelaki setengah baya itu.
Mereka hanya saling bertanya sesama mereka. Tidak satu pun
yang bertanya langsung kepada lelaki tua yang membawa
keranjang besar itu.
Beberapa saat kemudian, kepala kampung Hatawano
menerima kabar tentang kehadiran seorang kakek yang
menjinjing keranjang besar. Warga yang melapor itu tidak
menyampaikan apa-apa tentang sosok yang tiba-tiba muncul
di kampung mereka. Kepala kampung memutuskan untuk
menemui lelaki tua itu.
“Maaf, tete dari mana?” tanya kepala kampung.
“Saya dari laut,” jawab lelaki tua itu sambil menunjuk ke
arah laut.
“Lalu untuk apa bawa keranjang ini?” tanya kepala
kampung itu kembali.
“Saya ke sini mau menemui kepala dusun. Siapa tahu
ada warga yang memerlukan tenaga saya untuk memanjat
kelapa,” jawab lelaki paruh baya itu.
Kepala kampung tertegun mendengar niat baik lelaki
tua itu. Ia tidak menyangka, lelaki yang sudah uzur itu masih
mau bekerja memanjat pohon kelapa.
“Tete punya saudara di sini?” tanya kepala kampung lagi.
Terlihat lelaki tua itu menggelengkan kepala. Ia menunduk
seolah berkata bahwa ia hanya seorang diri di kampung itu.
169 169