Page 179 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 179
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
TETE KERANJANG
Irmawati Basso, S.Pd.
agi itu suasana di kampung Hatawano tampak cerah.
PMatahari memancar menerpa dinding gunung dengan
sempurna. Asap terlihat mengepul dari dapur-dapur warga.
Aroma gorengan dan kopi menyengat hidung. Asap uap kayu
bakar yang berbau khas menyebar ke seantero kampung.
Beberapa warga tampak sedang meneguk kopi di teras
rumah. Sebagian orang lainnya bersiap-siap untuk bekerja.
Ada yang hendak ke kebun, ada juga yang ke laut untuk
memancing ikan.
Tanpa berkedip, Mail tertegun melihat kehadiran
seorang pria setengah baya. Penampilannya lelaki itu berbeda
dengan warga setempat. Ia membawa sebuah keranjang yang
ukurannya lumayan besar. Kopiah yang ada di kepalanya
tampak agak miring. Selembar kain sarung dililitkan pada
lehernya. Kumisnya terlihat panjang. Pria itu tidak muda lagi.
Lelaki tua itu mengundang tanya warga yang melihatnya.
“Kira-kira, dari mana asal orang tua itu?” kata Mail pada
Salasa, teman minum kopinya. Saat itu, Mail sedang minum
kopi bersama dua temannya yakni Salasa dan Husen.
“Saya juga tidak tahu,” jawab Salasa. Salasa sama sekali
tidak tahu lelaki setengah baya itu berasal dari mana.
168 168