Page 181 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 181
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
“Lalu tinggal di mana?” lanjut kepala desa.
“Saya tinggal di pantai, Tuan,” jawab lelaki paruh baya itu.
“Tinggallah dengan saya saja,” kata kepala kampung.
Mendengar tawaran dari kepala kampung, si kakek
terlihat senang. Ia tidak menyangka akan ada orang yang akan
memberinya tempat tumpangan.
“Terima kasih, Tuan,” jawab lelaki tua itu kepada kepala
kampung.
Kepala kampung dan si kakek berjalan menuju dusun.
Tak lupa, si kakek membawa keranjang besarnya. Keranjang
itu merupakan harta yang siat berarti baginya.
Di kampung itu, si kakek mencari pekerjaan. Ia
menawarkan diri untuk memanjat pohon kelapa warga yang
mau membuat kopra.
“Kalau ada yang mau bikin kopra, nanti saya yang
panjat pohon kelapanya,” kata si kakek kepada siapa saja yang
ditemuinya.
“Apa kakek mampu memanjat kelapa saya? Pohon
kelapa saya tinggi-tinggi,” kata seorang warga kepada kakek.
“Saya akan coba,” jawab lelaki tua itu.
Pemilik pohon kelapa itu setuju. Ia mengizinkan si kakek
memanjat pohon kelapa miliknya di sebuah dusun tidak jauh
dari kampung itu. Di dusun kelapa itu, ratusan pohon kelapa
tumbuh. Buahnya lebat-lebat.
Sekitar dua jam kemudian, pemilik pohon kelapa
menuju dusun kelapa miliknya. Ia ingin melihat apakah si
kakek itu benar-benar telah memanjat pohon kelapanya.
Alangkah terkejutnya warga itu ketika tiba di dusun
kelapanya. Ratusan buah kelapa yang telah dipanjat telah
terkumpul rapi di sebidang tanah. Si kakek itu berdiri di
samping tumpukan buah kelapa.
170 170