Page 19 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 19
http://pustaka-indo.blogspot.com
saya yang berasal dari kekuatan di luar diri saya. Saya tidak
pernah membayangkan Tuhan sebagaimana digambarkan
oleh para nabi dan kaum mistik. Yesus Kristus, yang lebih
sering dibicarakan orang Kristen ketimbang “Tuhan” itu
sendiri, tampaknya cuma merupakan figur historis murni
yang terjalin erat dengan masa lalu. Saya juga mulai punya
keraguan besar terhadap doktrin gereja. Bagaimana mungkin
mengetahui dengan pasti bahwa Yesus sang manusia
merupakan inkarnasi Tuhan dan apa arti kepercayaan itu?
Apakah Perjanjian Baru benar-benar mengajarkan doktrin
Trinitas yang rumit—dan sangat kontradiktif—atau,
sebagaimana banyak aspek keimanan lainnya, merupakan
hasil buatan para teolog berabad-abad setelah wafatnya
Yesus di Yerusalem?
Akhirnya, dengan penuh penyesalan, saya meninggalkan
kehidupan di biara, dan, segera setelah terbebaskan dari
beban kegagalan dan ketakmampuan yang mengendap dalam
diri saya, saya pun merasakan betapa keimanan saya kepada
Tuhan diam-diam menyurut. Dia tidak pernah mengunjungi
hidup saya walaupun saya telah mengerahkan segenap usaha
terbaik untuk memungkinkan hal itu dilakukannya. Kini, saya
tidak lagi merasa berdosa dan mencemaskannya. Dia terlalu
jauh dari kemungkinan untuk menjadi suatu realitas. Akan
tetapi, perhatian saya kepada agama terus berlanjut. Saya
merancang sejumlah acara televisi mengenai sejarah awal
Kristen dan hakikat pengalaman keagamaan. Semakin saya
mempelajari sejarah agama, semakin saya mendapat
pembenaran akan keraguan yang telah ada dalam diri saya
sebelumnya. Doktrin-doktrin Kristen yang pernah saya
terima dengan tidak kritis ketika kecil ternyata memang
buatan manusia, yang telah dikonstruksikan selama berabad-
abad silam. Sains tampaknya telah mengesampingkan Tuhan
Pencipta dan para sarjana biblikal telah membuktikan bahwa
~12~ (pustaka-indo)