Page 21 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 21
http://pustaka-indo.blogspot.com
mengekspresikan ketakjuban dan misteri yang senantiasa
merupakan unsur penting pengalaman manusia tentang dunia
yang menggentarkan, namun indah ini. Sebagaimana seni,
agama merupakan usaha manusia untuk menemukan makna
dan nilai kehidupan, di tengah derita yang menimpa wujud
kasatnya. Seperti aktivitas manusia lainnya, agama dapat
disalahgunakan, bahkan tampaknya justru itulah yang selalu
kita lakukan. Ini bukanlah hal yang secara khusus melekat
pada para penguasa atau pendeta sekular yang manipulatif,
melainkan adalah sesuatu yang sangat alamiah bagi manusia.
Sekularisme kita sekarang ini merupakan eksperimen yang
sepenuhnya baru, yang belum pernah ada presedennya di
dalam sejarah manusia. Kita masih perlu menyaksikan
keberhasilannya. Namun, tak kalah benarnya jika dinyatakan
bahwa humanisme liberal Barat bukanlah sesuatu yang
secara alamiah datang kepada kita; sebagaimana apresiasi
atas seni atau puisi, ia harus ditumbuhkan. Humanisme itu
sendiri merupakan sebuah agama tanpa Tuhan— tidak
semua agama, tentunya, bersifat teistik. Cita-cita etika
sekular kita mempunyai disiplin pikiran dan hatinya sendiri
dan menyediakan bagi manusia sarana untuk menemukan
keyakinan pada makna tertinggi kehidupan manusia seperti
yang pernah disediakan oleh agama-agama konvensional.
Ketika saya mulai meneliti sejarah ide dan pengalaman
tentang Tuhan dalam tiga kepercayaan monoteistik yang
saling berkaitan—Yahudi, Kristen, dan Islam—saya berharap
menemukan bahwa Tuhan hanya merupakan proyeksi
kebutuhan dan hasrat manusia. Saya kira “dia” akan
mencerminkan rasa takut dan kerinduan masyarakat pada
setiap tahapan perkembangannya. Prediksi-prediksi saya
tidak seluruhnya tidak terbukti, tetapi saya benar-benar
dikejutkan oleh beberapa penemuan saya. Seandainya saya
telah mengetahui semua itu tiga puluh tahun lalu, ketika saya
~14~ (pustaka-indo)