Page 178 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 178
angkat guru kontrak, maka itu memboroskan anggaran. Tapi
bila realitasnya memang kekurangan guru, maka pengangkatan
guru kontrak dapat diterima sebagai solusi, meskipun itu solusi
yang terpaksa.
Secara kuantitatif, jumlah guru di Indonesia mencapai
2.426.627 guru yang mengajar 39.426.890 murid. Rasio antara
jumlah murid dengan guru cukup ideal, 1 : 16. Untuk tingkat SD
rasionya 1 : 19 murid, sedangkan untuk SMP 1: 16 murid. Bila
dilihat berdasarkan tingkat pendidikannya, terdapat 43,86%
guru lulusan MTA Keguruan (SPG) yang mengajar anak Sekolah
S
j
Dasar dan persentase terendah (0,055) dengan umlah guru 674
orang guru adalah lulusan dari Program Pascasarjana. Guru SLTP
yang lulusan SI mencapai 42,03% dan 32,57% (151.996 orang
guru) lulusan Diploma I dan II. Sementara itu, di tingkat SMTA
guru yang lulusan dari Program Sarjana mencapai 69,46%, atau
236.791 guru dari Program Sarjana Keguruan dan sisanya
(25.286) bukan keguruan.
Data memperlihatkan secara jelas bahwa persentase guru
terbesar didominasi oleh para lulusan Diploma I dan II, yaitu
j
mencapai 28,93 % atau 701.909 orang dari 2.426.267 total umlah
guru, kemudian disusul oleh lulusan S M T A Keguruan (SPG)
yang mencapai 627.027 orang atau 25%, Program Sarjana kegu-
ruan 21% atau 528.621 orang, dan Pascasarjana 3% atau 91.609
orang.
Bila kita melihat data kuantitatif di atas, jelas di sini prob-
lem mendasarnya bukan soal kekurangan guru, karena secara
relatif rasio guru : murid sudah cukup ideal. Tapi problemnya
adalah soal distribusi guru yang tidak merata, terutama antara
J
Jawa-Luar awa dan antara perkotaan dengan pedesaan, sehing-
ga terjadi kondisi yang sangat timpang. SD-SD di kota kelebihan
guru, sedangkan di pelosok pedesaan kekurangan guru; banyak
satu SD hanya diajar oleh 1-3 orang guru. Padahal, proses pem-
belajaran di SD masih sangat tergantung pada guru sebagai
pengajar dan pendidik sekaligus.