Page 179 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 179

Idealnya,  dalam   satu  SD  ada  enam  guru  kelas.  Dua  guru
               bidang  studi  (Agama   dan  Pendidikan   Kesehatan   Jasmani),  satu
               Kepala  Sekolah   dan  satu  pesuruh.  Tetapi  di  pedesaan,  banyak
                                                    t
               SD  yang  hanya memiliki  maksimal iga-empat     guru,  bahkan um-
                                                                               j
               lah  itu  sudah ermasuk   kepala  sekolah,  sehingga  satu  guru  ter-
                              t
               paksa  harus  bergantian   mengajar   dua  kelas.  Konsekuensinya,
               proses  belajar  mengajar  di  SD-SD  berjalan  asal-asalan.
                    Di  sisi  lain,  di  perkotaan  atau  daerah-daerah yang lokasinya
               sudah  terbuka — prasana   listrik,  telekomunikasi, dan  air  bakunya
               cukup   bagus —sering   terjadi  penumpukan umlah      guru.  Dalam
                                                              j
               satu  SD  dapat  dijumpai  11-14  guru  dan  kepala  sekolah.  Seorang
               pejabat  di  Dinas  Pendidikan  Naional  (Diknas)  di  Madura  (2002)
               yang  dikonfirmasikan    mengenai   hal  ini  menjelaskan,  itu  logis
               karena  SD  di  kota  merupakan    SD  Inti,  sehingga  mengajarnya
               per  bidang  studi,  bukan  per  kelas,  dan umlah  itu  sesuai  dengan
                                                         j
               jumlah  bidang   studi.
                    Jawaban Kepala    Dinas  Diknas emacam     itu  sering  dianggap
                                                     s
               sebagai  rasionalisasi  atas  kebijakan  memutasi  guru  yang  meng-
               gunakan   politik  uang.  Dengan  kata  lain,  yang  terjadi ebenarnya
                                                                        s
                              s
               bukan  karena emua SD di     Madura  merupakan SD    Inti  dan  meng-
               ajarnya  per  bidang  studi,  melainkan  karena  pejabat  itu  telanjur
               memberikan    surat  pindah   kepada  sang  guru.  Pemberian    surat
               pindah  itu  oleh  masyarakat  dikait-kaitkan  dengan  usaha   kredit
               sepeda   motor   yang  dikembangkannya.      Sang   pejabat  dikenal
               sebagai  dealer sepeda  motor  Cina.  Guru-guru  yang  bisa  memper-
               oleh  jalan  lancar  untuk  pindah  dengan  cara  mengkredit  sepeda
               motor Cina.  Isu  itu  sulit  dibuktikan.  Tapi  yang  terjadi  di  lapang-
               an,  angka  penjualan   motor  Cina  dalam   suatu  tahun  (2001)  di
               daerah  itu  meningkat,  dan umlah    guru  dari  desa  yang  pindah
                                             j
               ke  kota juga  meningkat.  Adanya   korelasi  positif antara  kenaikan
               angka  penjualan   motor  Cina  dengan umlah     perpindahan    guru
                                                        j
               ke  kota  itulah  yang  menimbulkan   prasangka   negatif  di  masya-
               rakat/ bahwa  perpindahan   guru  ke kota  terkait dengan  dukungan-
               nya  mengembangkan       usaha  kredit  bermotor.
   174   175   176   177   178   179   180   181   182   183   184