Page 180 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 180

Jadi  kalau  kita  simak  data  di  atas,  yang  terjadi  di  lapangan
              sesungguhnya    tidak mutlak  kekurangan guru.   Melainkan,   ketim-
              pangan  dalam   distribusi  guru  antara  sekolah-sekolah  di  pelosok
              dengan  wilayah   perkotaan  atau  daerah  yang  sudah  maju.  Juga,
              ketimpangan    antara  Jawa  dengan    luar  Jawa.  Banyak  sekolah
              desa  di  Jawa  yang  sudah   memiliki   guru  lengkap,  sementara
                                                  J
              sekolah-sekolah  di  pedesaan  luar awa   kebanyakan    tidak  memi-
              liki  guru  lengkap untuk emua  tingkatan.  Ketimpangan   itu  terjadi
                                       s
              di  banyak  tempat,  sehingga   bukan  kasusistik,  tapi  menunjuk-
              kan  adanya   pola  yang  sama  dalam   distribusi  maupun   mutasi
              guru  yang  menggunakan     uang  suap.

                   Kecenderungan     mutasi   ke  kota  atau  daerah-daerah  maju
              itu  disebabkan  oleh  terbatasnya  prasarana  transportasi  dan  tele-
              komunikasi   di  desa  sehingga  membuat   guru  tidak  betah  tinggal
              di  desa.  Apalagi  bila desa tersebut termasuk desa  kering, sehingga
              air  bersih  pun  jadi  persoalan  besar.  Banyak  guru  yang  ditempat-
              kan  di  daerah-daerah  seperti  ini  lebih  memilih  pindah  ke daerah
              yang  lebih  makmur,   meskipun    untuk  pindah   mereka   terpaksa
              harus  membayar    upeti  kepada  pejabat  pendidikan.

                   Anggaplah   betul  terjadi  kekurangan  guru. Tetapi, kekurang-
              an  guru  itu  tidak  sebesar  yang  diperkirakan  dan  makin  tahun
              makin   mengecil  karena  dua  hal,  sehingga  suatu  saat  (sepuluh
              tahun  lagi)  akan  terjadi  kelebihan  guru.  Pasalnya,  dalam  lima
                                                                      s
              tahun  terakhir,  terjadi  kecenderungan  yang sama  di emua   wila-
              yah,  yaitu  banyak  SD  digabung  dengan  SD  terdekat  atau  bahkan
              ditutup  karena  tidak  mendapatkan    murid   sama  sekali.  Jumlah
              SD  di  tiap  Kabupaten  yang  digabung  atau  ditutup  itu  mencapai
              40-50  SD  per  tahun.  Jika  tiap  SD  memiliki  3-4  guru,  tiap  tahun
              akan  terjadi  "penambahan"    semu,  minimal   120  guru  SD  untuk
              tiap  daerah.

                                                        S
                                                                      (
                   Hal  yang sama  terjadi  pada  tingkat LTP,  SMTA SMU     mau-
              pun  SMK).  Masalah   utama  bukan  kekurangan,   tapi  tidak  adanya
              pemerataan umlah      maupun   bidang   studi.  Sebagai  contoh,  ada
                           j
              satu  sekolah  yang  memiliki   guru  Matematika    melebihi   kebu-
   175   176   177   178   179   180   181   182   183   184   185