Page 48 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 48
y • 17:09
kabinet baru yang sering dilukiskan sebagai dagang sapi, bukan
berdasarkan pada pertimbangan hati nurani lagi. Dengan demi-
kian, jelaslah bahwa persoalannya tidak hanya sebatas mental
birokrasi yang bobrok, tapi mental seluruh lapisan masyarakat,
termasuk orang kampus yang dulu kritis ternyata setelah masuk
ke kekuasaan (KPU) bobrok semua, sehingga bukan hanya ka-
idah-kaidah hukum saja yang dilanggar, tapi kaidah-kaidah etika
dan moral pun dilanggar seenaknya. Kita pun menyaksikan
dengan gamblang perilaku yang tidak konsisten dan irasional
dari para anggota MPR selama Sidang Umum (2000). Mereka
bicara soal demokrasi tapi prosesnya otoriter; bicara pluralisme
tapi sikapnya sektarian, bicara bangsa dan negara, tapi orien-
tasinya kelompokisme, dan sebagainya.
Apa yang terjadi di kalangan mahasiswa pun tidak jauh
beda dengan yang terjadi pada kaum politisi. Selama masa tran-
sisi ini, tampak sekali perilaku mahasiswa yang lebih pragmatis,
materialistik, serba instan, suka mencari jalan pintas, dan juga
berperilaku otoriter. Sedikit mahasiswa yang memiliki idealisme
dan integritas yang tinggi sebagai seorang calon dosen, peneliti,
jurnalis, maupun profesi lainnya. Atau memiliki ketekunan dan
kerendahan hati untuk belajar dari pengalaman orang lain. Pro-
fesionalisme telah mereka maknai sebatas pada bayaran yang
tinggi tanpa memperhitungkan kualifikasi, tanggung jawab, dan
intergritas yang tinggi.
Persoalan inkonsistensi, ¡rasionalitas, pragmatisme, suka
mencari jalan pintas, dan serba instan bukan merupakan
persoalan hukum dan birokrasi, tapi budaya dan mentalitas yang
ditimbulkan oleh kesalahan mendidik. Orde Baru memang tidak
mendidik warganya untuk belajar rasional, konsisten, jujur, peka
dan memiliki integritas yang tinggi pada profesi, tapi hanya
mengajarkan kepatuhan dan manipulasi saja. Karena akar
masalahnya bukan pada hukum dan birokrasi, maka solusinya
juga tidak cukup hanya melalui mekanisme hukum dan birokrasi
saja, tapi perlu pendekatan komprehensif dengan menempatkan
pendidikan sebagai ujung tombaknya. Tanpa memberikan