Page 52 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 52
Reformasi Pendidikan, Sekadar Wacana
J udul di penulis, melainkan ditarik berdasarkan realitas empi-
bukan
atas
kesimpulan
sewenang-wenang
(arbitrer)
ris di lapangan. Setelah sistem politik nasional berubah mengarah
ke transisi demokratis, sejak 22 Mei 1998, yang semula diharap-
kan pula berdampak positif pada jalannya pendidikan nasional,
ternyata yang terjadi di lapangan berbeda sekali dengan yang
diharapkan. Harapan masyarakat itu muncul bukan tanpa sebab.
Setiap kali kita mendengarkan pidato para pejabat di Departe-
men Pendidikan Nasional, dari Menteri Pendidikan sampai para
direkturnya, mereka selalu menjanjikan iklim pendidikan nasio-
nal yang lebih demokratis, terbuka, transparan, partisipatif, oto-
nom, dan penuh suasana perubahan.
Namun, yang terjadi di lapangan, sebetulnya praktik pendi-
dikan di masa sekarang tidak ada bedanya dengan praktik pen-
didikan di masa Orde Baru yang membebani masyarakat, memis-
kinkan, represif, sentralistik, hegemonik. Reformasi pendidikan
yang mereka janjikan itu hanyalah retorika belaka.
Banyaknya kesempatan yang saya miliki untuk bertemu
dengan guru, baik pada saat menjadi pembicara diskusi maupun
memfasilitasi proses pendidikan, selalu saya pergunakan untuk
bertanya, apa yang sebetulnya telah berubah selama masa refor-
masi dibandingkan dengan sebelum reformasi. Kesempatan itu