Page 54 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 54
beberapa dinas digabung menjadi satu. Semuanya semakin mem-
persempit peluang untuk meniti jenjang karir yang lebih tinggi.
Akibatnya, para pejabat yang ketika belum reformasi sudah
memiliki bayangan mengenai masa depan karirnya, tiba-tiba
ngloklor (patah semangat) karena jenjang karir mereka tidak se-
lapang dulu lagi. Wajar bila kemudian, seperti dikeluhkan oleh
kawan guru SD tadi, pejabat Kancam (Kantor Kecamatan) yang
bertugas sebagai penilik SD malas-malasan dan jarang melaksa-
nakan tugas lagi, bahkan ada yang memilih pindah ke dinas lain
yang mungkin dipandang lebih prospektif.
Tiadanya perubahan itu juga terjadi di tingkat perguruan
tinggi. Beberapa dosen di perguruan tinggi negeri menuturkan,
sampai sekarang, masih banyak pengurus fakultas yang mela-
rang mahasiswanya membaca buku atau menulis skripsi yang
"aneh-aneh" (kritis), seperti soal Marxisme. Self censorship yang
ditanamkan oleh Orde Baru dulu masih amat kuat membekas
sampai sekarang. Dalam suatu diskusi di UNSOED Purwokerto
(13/6 2001), penulis sebagai salah seorang pembicaranya, seorang
mahasiswa Fakultas Biologi mempertanyakan relevansi mempe-
lajari mata kuliah Kewiraan dengan bidang studinya. Rektor
Unsoed Prof. Rubiyanto yang hadir sebagai pembicara lain, keti-
ka ditantang untuk menghapuskan mata kuliah Kewiraan dari
fakultas-fakultas eksata (sebagai uji coba), menjawab singkat,
"Semua itu masih diatur di Kurnas (Kurikulum Nasional)." Jadi
memang belum ada perubahan sama sekali di tingkat birokrasi
pendidikan.
1. Janji Awal Reformasi
Sekadar mengingatkan memori kita dan memberitahukan
kepada anak muda yang pada masa reformasi belum mengikuti
hingar bingarnya reformasi, di bawah ini kita catatkan beberapa
janji yang dikemukakan oleh para pejabat di lingkungan Depar-
temen Pendidikan dan Kebudayaan pada masa-masa awal
reformasi. Pada awal reformasi, Menteri Pendidikan dan Kebu-