Page 55 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 55

J
             dayaan  dipercayakan   kepada uwono      Sudarsono   (Mei  1998  -
             Oktober   1999),  yang  sebelumnya   menjadi   Wakil  Gubernur
             Lemhanas   dan  sekarang  menjadi   Duta  Besar  di  Inggris.  Pada
             masa-masa awal reformasi   itu,  Menteri Juwono Sudarsono seakan-
             akan  menjanjikan  perubahan   dengan   mengeluarkan    beberapa
             kebijakan,  seperti  revisi  buku  sejarah  nasional  dan  kurikulum,
             tidak ada keharusan bagi  murid  untuk  membeli  pakaian seragam
             dan buku  baru, menghapus kewajiban    murid  untuk  melihat film
             G30S/PKI    (seperti  yang  diwajibkan  oleh  Orde  Baru),  mena-
             warkan  konsep manajemen berbasis sekolah,   pemberian beasiswa
             bagi  yang  tidak  mampu    lewat  program   JPS,  dan  beberapa
             kebijakan  penting  lainnya.
                  Kebijakan Menteri Juwono Sudarsono    itu  kemudian dilanjut-
             kan  oleh  Menteri  Pendidikan   Nasional  Yahya  A.  Muhaimin
             (November   1999-Juli  2001).  Bahkan,  Menteri  Yahya  Muhaimin
             kemudian   membentuk   Komisi  Pendidikan  Nasional  untuk  mem-
             berikan masukan   bagi  pembaruan  pendidikan dan Komite   Refor-
             masi  Pendidikan  (KRP)   untuk  melakukan   revisi  terhadap  UU
             No.2  Tahun   1989  tentang  Sistem  Pendidikan  Nasional  (SPN)
             yang  dinilai  sangat  sentralistik.  Pidato  para  pejabat  DPN  juga
             terasa  sangat  indah,  seperti  memberikan  otonomi  bagi  sekolah
             untuk  mengatur  dirinya  sendiri;  memberikan  peran  masyarakat
             untuk  ikut  menentukan   kebijakan  pendidikan  yang  diwadahi
             dalam  Dewan    Pendidikan  dan  Komite   Sekolah;  mengalihkan
             fungsi  pengawasan   ke  peningkatan  profesionalitas  guru;  mem-
             berikan  otonomi  guru  untuk  menentukan  metode  mengajar  dan
             sistem  evaluasi  belajar,  memberikan  keleluasaan  guru  untuk
             menentukan   buku  pelajaran  yang akan  dipakai,  dan  sebagainya.

                  Mendengar   janji  Pak  Menteri  Pendidikan  dan  pidato  para
             pejabat  pendidikan  itu,  masyarakat  menjadi  berharap  penuh
             bahwa  pascareformasi,  wajah  pendidikan  nasional  akan  terlihat
             lebih  baik.  Dalam  artian,  lebih  otonom  secara  politis,  terjangkau
             secara  ekonomis;  adil  secara  sosial,  toleran  dan  pluralis  secara
             budaya;   mencerdaskan,    tidak  lagi  diskriminatif,  menindas,
             membodohi,    dan  memiskinkan   masyarakat.  Dengan   demikian,
   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60