Page 325 - Tan Malaka - MADILOG
P. 325

itu.  Pengemudinya  dengan  tiada  memperdulikan  gelombang,  hujan  dan
             badai itu, terjun melompat menyelami mangsanya malapetaka alam itu.
             Sesudah berapa lamanya timbullah ia kembali kemuka lautan yang bengis
             bergelombang itu memikul manusia yang dicarinya. Goleknya sudah jauh
             diombang-ambikngkan badai dan gelombang. Tetapi dia adalah seorang
             pelaut  tulen,  dibuai  ayunan  gelombang  lautan  Indonesia  semenjak
             kecilnya.  Tulang  dan  tubuhnya,  semangat  dan  kemauannya  tak  bisa
             ditewaskan  begitu  saja  oleh  air  tempatnya  bermain  dimasa  kecil  dan
             tempatnya  mencari  penghidupan  dimasa  dewasanya.  Dia  sampai
             kegoleknya dan beruntung pada tempo mencapai letaknya pada salah satu
             pulau.  Tetapi  pulau  ini  kosong,  hujan  lebat  belum  lagi  reda  serta
             kawannya masih dalam keadaan payah. Dia tahu perahu yang karam tadi
             perahu Tionghoa, karena bentuknya dan pengemudinya yang ditolongnya
             itu  ialah  seornag  Tionghoa.  Entah  karena  sudah  kebiasannya,  entah
             karena suruhan agamanya, entah karena naluri (insticnt) sesama mansuia
             atau lantaran sama pencarian hidupnya, dia anggap menolong Tionghoa,
             yang belum dia kenal ini sebagai menolong dirinya sendiri. Berkat layaan
             dengan susah-payah dengan alat serba sederhana yang ada padanya saja,
             Tionghoa tadi akhirnya sadar kembali. Cocok dengan adat Tionghoa Asli
             dan  lebih  cocok  pula  dengan  keadaan  hidup  dan  kemanusiaan,  dia
             menganjurkan  pada  penolongnya,  supaya  dari  sekarang  mereka  mesti
             aku-mengakui  bersaudara,  seperti  saudara  kandung.  Tionghoa  dan
             penolongnya  Indonesia,  bernama  Datuk  Kusu  berpegangan  tangan,
             keduanya  memandang kelangit,  memanggil  bulan dan  matahari  sebagai
             saksi, bersumpah sakti akan mengakui sebagai saudara kandung. Merkea
             berjanji  akan  menguburkan  salah  seorang  yang  dahulu  meninggalkan
             dunia fana ini dipulau tempat mereka berada sekarang. Juga siapa yang
             mati kemudian akanberbaring didekat pekuburan yang mati terdahulu.
             Demikianlah  keduanya  hidup  tolong-bertolong  seperti  saudara  sampai
             akhirnya malaikat maut pertama memanggil Tionghoa. Setia kepada janji
             saudara  angkatnya,  Datuk  Kusu  menguburkan  mayatnya  dipulau
             persumpahaan tadi. Akhirnya malaikat maut juga memanggil Datuk Kusu
             sendiri,  setelah  dia  menderita  penyakit  penghabisan,  pergilah  dia
             mendekati  dan  berbaring  tiada  jauh  dari  kuburan  saudara  angkatnya.
             Dijumpai orang Cuma tulang belulangnya, lama sesudah dia meninggal.

             Seorang  nyonya  Tionghoa  dan  familinya  yang  kebetulan  mengunjungi
             pulau itu, pada satu malam mendapat mimpi, yang menyuruh dia pergi
             kembali  kesana  menjumpai  kuburan  Datuk  Kusu  itu  berniat  dan
             berkurban. Dia lakukan suruhan mimpi itu dan niatnya dikabulkan.



             324
   320   321   322   323   324   325   326   327   328   329   330