Page 86 - Tan Malaka - MADILOG
P. 86

padu dengan Rohani-Alam, Pati, dan sudahlah tentu di Hindustan, yakni
               Hindustannya Mahabrata Ramayana, Budhisme, dll. Tak akan lahir satu
               Newton.  Saya  mengaku  penuh,  bahwa  Idealisme  Hindustan  bisa
               menerbitkan  cara  berpikir  yang  boleh  dipakai.,  saya  tahu,  bahwa
               Matematika  juga  sedikit  maju  di  Hindustan,  walaupun  saya  tak  bisa
               memeriksa  berapa;  adakah  pengaruhnya  Yunani  dibawa  Iskandar.  Saya
               tahu  artinya  pengaruh  filsafat  Hindustan  pada  filosofi  Barat  seperti
               Schopenhauer  dan  Hegel.  Tetapi  hasil  semacam  itu  didapat  sebagai  by
               product, hasil tersambil, bukan seperti hasil langsung, hasil langsung dari
               pemeriksaan  yang  berdasarkan  Benda  dan  Kodrat  keduanya.  Diluar
               Matematika yang kurang lebih abstract itu, yakni pada Ilmu Bukti sejati
               boleh dikatakan tak ada penyusun atau undang science,  yang diperoleh
               Hindustan Kuno itu.
               Saya  ada  sedikit  rapat  dengan  negara,  bangsa,  dan  sejarah  Tiongkok.
               Saya pikir, dari penjuru manapun ahli kuno Tiongkok memandang alam
               lebih  dekat  pada  science  dari  pada  ahli  kuno  Hindustan.  Walaupun
               Budhisme,  menjalarnya  dari  Hindustan  ke  Tiongkok,  tetapi  penguraian
               yang pasti tentang Budhisme dan madzabnya saya peroleh pada tulisan
               Budhist Tionghoa seperti Cuang Cu, I Cing dan Fah Hin.  Pada tempat
               asalnya  sendiri  di  Hindustan  barang  yang  terang  itu  menjadi  gelap,
               manusia jadi Dewa, ya, lebih dari Dewa, apa yang di bawah terpelanting
               ke  atas  yang  di  atas  tercampak  ke  bawah.  Logika  Mystika
               berimaharajalela  walaupun  yang  arif  bijaksana  bisa  memperoleh  cara
               berpikir  yang  berarti,  dalam  peninjauan  orang  Hindustan  yang
               memandang benda itu sebagai kutuk. Filsafat Hindu kuno juga mengenal
               materialisme, tetapi resminya ialah idealisme.
               Ahli  Tionghoa,  kakinya  tetap  di  tanah,  di  atas  bukti.  Ahli  fikir  yang
               mencoba membalikkan kepala Tionghoa terletak di kaki itu seperti Lao
               Cu juga tak berapa pengaruhnya. Ahli Tionghoa tetap berdiri di atas fact,
               bukti, baik dalam filsafat, Ilmu Bintang ataupun obat-obatan. Kalau ada
               kekurangan  ahli  Tionghoa,  maka  bukan  terletak  pada  penjuru
               pemandangan  yang mesti buntu  yang tak bisa mengadakan Ilmu Bukti,
               yakni pada penjuru Mystika, melainkan karena Ahli Tionghoa tak lebih
               maju  dari  pengetahuan  tentang  bukti,  segala  bukti  yang  diperolehnya
               tetap terpancir-pancir.

               Berkali-kali saya saksikan jitunya penaksiran Alamak Tionghoa tentang
               keadaan hari hujan, panas, dingin atau topan dsb., keadaan musin, heran
               bin  ajaib,  malah  kadang-kadang  lebih  jitu  dari  alamanak  model  Barat.
               Saya tahu, bahwa pendeta Katholik pada abad ke-17 banyak mengajarkan



                                                                                          85
   81   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91