Page 61 - Buku Kemdikbud Ki Hadjar Dewantara
P. 61
yang sudah terjadi selama ini, akan muncul “sistem ketahanan
diri” sebagai metode kerja lembaga pendidikan ini.
Pendidikan anak-anak. Lembaga ini bebas dari ikatan,
bersih dari praduga. Tujuan lembaga ini adalah mendidik
anak-anak. Bangsa bumiputera tidak meminta hak, akan tetapi
meminta diberikan kesempatan untuk melayani anak-anak.
Pada 1921, Taman Siswo di Yogyakarta disiapkan, dan
pada 1922 didirikan secara permanen. Sekolah ini muncul
sebagai “perguruan pendidikan nasional”.
Segera di berbagai tempat, sekolah-sekolah Taman Siswo
berdiri, terutama setelah pendirinya berceramah di kota-kota
besar di Jawa, sehingga prinsip Taman Siswo dapat diuraikan
secara panjang lebar. Sebagai pedoman telah diterima semboyan
“kembali dari Barat menuju nasional” dengan penggunaan
bahasa ibu sebagai pengantar pendidikan yang akan berdampak
dalam menjalankan ibadah agama, penghapusan permainan dan
lagu-lagu anak-anak Belanda dan menggantinya dengan model
nasional. 21
Sebagai sekolah nasional jauh lebih banyak yang akan
diberikan budaya sendiri daripada di lembaga lain (bahasa,
sejarah, moral, musik, tari dan sebagainya). Apabila tidak ada
bahasa ibu yang masih murni, (seperti di Batavia misalnya),
sebagai pengantar akan digunakan bahasa Melayu baru yang
disebut bahasa Indonesia. Beberapa mata pelajaran diberikan
dalam bahasa Belanda, untuk melatih siswa dalam penggunaan
21. Arsip Taman Siswo koleksi B21A dan B21 B Koleksi Nationaal Archief
Nederland dan Arsip Nasional Republik Indonesia (Fotokopi).
Djoko Marihandono 61