Page 63 - Buku Kemdikbud Ki Hadjar Dewantara
P. 63

lebih tinggi, bila anak sudah mampu menguasai bahasa mereka
            sendiri. Di tingkat  Taman kanak-kanak, masih belum ada

            pendidikan bahasa asing yang diberikan.
                    Sistem among menganggap permainan anak memegang
            peranan penting dalam mendidik anak, karena semuanya terletak
            dalam jiwa anak itu sendiri. Hal ini sesuai dengan fantasi mereka
            dan dorongan bagi kegiatan dan gerak motorik mereka. Tidak ada
            yang lebih alami dari pada anak bisa memperoleh permainannya
            sendiri yang berasal dari lingkungannya  sendiri. Jadi anak

            tetap berada dalam lingkup rakyatnya sendiri. Jika sebaliknya
            anak menerima permainan asing, maka akan tertanamkan inti
            pemisahan dari bangsanya sendiri. Melalui pemainan nasional,
            pemikiran  anak secara alami   tumbuh bersama kehidupan
            rakyatnya.
                    Watak nasional  Taman Siswo mengakibatkan  orang
            memperkenalkan anak dengan ide nasional yang tertanam pada
            rasa kasih kepada bangsa dan tanah airnya sendiri. Namun ide
            nasional itu tidak disertai dengan kebencian terhadap bangsa lain,

            karena akan menjadi penghambat dalam perkembangan terhadap
            kesadaran  kasih  bagi  kemanusiaan.  Oleh  karenanya,  menurut
            pandangan  Taman Siswo nasionalisme  tidak bertentangan
            dengan kemanusiaan. Azas Taman Siswo adalah kemanusiaan
            dengan sifat kebangsaan.
                    Dalam  Poesara, majalah  Taman Siswo terbitan Maret
            1933,  Ki  Hadjar  Dewantara  menulis  artikel  dengan  judul

            “Kembali  ke ladang”. Ki Hadjar Dewantara menggambarkan
            hubungan  Taman  Siswo dengan  pergerakan  politik  sebagai


                                                  Djoko Marihandono    63
   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68