Page 143 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 143

menghukum  saya  karena  ketidaksetiaan  saya  sebagai
            seorang laki-laki?

            Saya menatap ke jam tangan saya, kini sudah pukul dua
            dinihari. Saya lihat ke sekeliling saya, dan semuanya sepi
            senyap.  Di  depan  saya  hanya  ada  sejumlah  kendaraan
            yang sesekali berlalu lalang.

            Sepuluh tahun lamanya, saya membangun rumah tangga
            saya  bersama  Mirna,  perempuan  yang  saya  nikahi  dan
            telah memberikan saya dua orang anak. Semuanya begitu
            sempurna,  menjalani  peran  saya  sebagai  suami  dan
            sekaligus  seorang  ayah,  hingga  tiba-tiba  saja,  rasa  itu
            hilang entah kemana.


            Pernahkah  engkau  bangun  pada  suatu  pagi  dengan
            kepala  yang  pusing,  seperti  baru  saja  habis  bergadang
            semalaman,  atau  mabuk  berat…  Lantas  pikiran  kosong
            begitu saja?

            Saya lupa persisnya kapan, tapi sejak pagi yang aneh itu,
            saya  seperti  kehilangan  semua  gairah  hidup  saya,  lupa
            bagaimana menjadi seorang suami yang baik, bagaimana
            menjadi seorang ayah yang baik, bagaimana menjadi diri
            saya sendiri yang lebih baik. Saya tidak tahu, bagaimana
            hari  itu  mengubah  saya  seterusnya.  Saya  beraktifitas
            seperti mayat hidup : bangun, kerja, pulang, makan, tidur,
            bangun, kerja, pulang, makan, tidur…begitu seterusnya.

            Di tengah kebingungan saya, Hendrik muncul. Kami tidak
            sengaja berkenalan di sebuah acara, saat itu dia termasuk
            salah  seorang  yang  diundang  mewakili  LSM.  Lalu
            percakapan kami lama kelamaan menjadi  intens, bukan
                                     141
   138   139   140   141   142   143   144   145   146   147   148