Page 152 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 152
“Reni, kamu masih di kantor?” suara Lela terdengar
menyapaku.
“Iya, kan masih nungguin Arfan yang kayaknya telat, La,”
jawabku.
Suara Lela terdengar bergumam seolah ragu hendak
mengatakan sesuatu.
“Ren, kalau kamu tidak keberatan, bisa cek pesan yang
aku kirimkan ke kamu ya sekarang. Kebetulan aku salin
gambarnya dari salah satu media sosial info kota kita,”
kata Lela dengan tergesa-gesa.
“Apaan sih, La,” balasku sambil mengaktifkan speaker
telepon genggam dan menekan sejumlah aplikasi di
layarnya.
Lela rupanya mengirimkan potongan gambar yang
diambilnya dari sebuah media sosial. Beberapa gambar
persisnya, memperlihatkan sebuah sepeda motor balap
yang tergeletak di jalan, lalu foto seseorang tergeletak
bersimbah darah di atas aspal, motor itu dengan nomor
pelat kendaraan XXXX, dan foto laki-laki yang wajahnya
penuh darah dengan mata terpejam dan mulut sedikit
menganga….
Seketika hidungku kembang kempis, kedua mataku mulai
berkaca-kaca. Aku tidak mampu berkata-kata, dan
napasku seolah sesak, batinku menolak untuk percaya. Itu
adalah Arfan!
“Tidakkkkkk!!!!!! Tidak mungkin!!!! Aaaarrrrgghhhh!!”
jeritanku sambil menjatuhkan telepon genggamku ke
150